Langsung ke konten utama

PRAHARA BANJIR LONGSOR SUMBER REJO


Sahur Ramadan Digerayangi Banjir

Waktu sahur Ramadan bergulir, hujan turun dari langit gelap begitu deras mengguyur kawasan Sumber Rejo, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Kamis 31 Mei 2018 pagi buta.

Turunnya hujan ini juga disertai bunyi halilintar yang menggelegar beberapa kali, hingga akhirnya membuat beberapa alaram mobil yang terparkir di garasi rumah beberapa warga ikut berbunyi, akibat terkena hentakan suara geledek.  

Hal tersebut berlangsung sekitar pukul 03.30 Wita. Kontan, hujan yang lebat ini membuat kawasan pemukiman di Sumber Rejo mengalami banjir. Jalan raya pemukiman penduduk di daerah ini spontan menjadi coklat, diselimuti genangan air hujan.    


Ini nampak terjadi di Sumber Rejo Dua, RT 40. Kejadian ini membuat warga keluar rumah, saksikan jalanan digenangi air hujan. Satu di antaranya Yethi Hernawati, depan rumahnya sudah tergenang air, serupa berubah menjadi aliran sungai.

Untung saja, rumah pengusaha laundry ini dibuat sangat tinggi, layaknya rumah panggung lamin, air banjir pun tidak sampai masuk menggerayangi ke dalam rumahnya yang berdinding tembok beton.  

Namun Yethi tetap tak bergeming, keluar rumah untuk saksikan secara langsung, serta berkesempatan merekam kejadian banjir di depan rumahnya itu.

“Masya Allah. Banjir. Banjir. Banjirnya sudah setinggi betis (orang dewasa),” teriaknya, sambil menyalakan video merekam banjir melalui smartphone miliknya.  

Hal yang sama dialami Asep (28), pemuda yang masih bujang ini juga keluar rumah. Bermodal helm di kepalanya dan bertelanjang dada, Asep lakukan kontrol beberapa sekeliling rumahnya.

Kontrasnya, berbeda dengan Yethi, rumah Asep sangat rendah. Bagian kamar mandi dan dapur rumahnya sudah terjamah genangan air banjir.

Dia bersama adik dan ibunya sibuk menyumbat saluran di kamar mandi supaya air banjir tidak naik ke dalam rumahnya.

Pria bertubuh tambun itu juga berusaha mencari solusi supaya air banjir tidak semakin parah. Asep mencari titik pusat banjir yang menyumbat drainase dekat sekitaran rumahnya.

Pantauan Tribunkaltim, banjir yang menggenangi RT 40 Sumber Rejo setinggi sekitar 35 centimeter. Kawasan pemukiman penduduk ini memang selalu menjadi langganan banjir, seperti diungkapkan oleh Ketua RT, Hariyoto, di beberapa hari yang lalu.

Persoalan pelik yang dihadapi daerah ini karena kurangnya daya dukung drainase. Ukuran drainase sangat terbatas dan ruang saluran airnya sangat sempit, dianggap tidak memadai. Begitu ada air hujan deras, tidak mampu tertampung, air pun naik ke permukaan jalan.

Saat waktu azan subuh berkumandang, hujan perlahan mulai berintensitas rendah, hanya turun rintik. Sekitar pukul 04.50 Wita, air banjir di Sumber Rejo Dua pun mulai surut, banjir tak lagi tinggi tetapi jalannan menyisakan beberapa sampah-sampah plastik yang terbawa oleh genangan banjir.

Namun masih ada beberapa warga yang nampak sibuk, menguras banjir yang sempat masuk ke dalam rumahnya menggunakan alat pengki dan gayung plastik. Sampai berita ini dilaporkan, belum ada satu pun korban jiwa akibat bencana banjir Sumber Rejo ini.[1]  

Rika Kaget Suara Krek
Menjelang subuh, keluarga Rika Sari (30) dikagetkan suara gemuruh dari luar rumahnya yang ada di alamat RT 14 Gang Kesatuan nomor 35, Jalan Pangeran Antasari, Kelurahan Sumber Rejo, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis 31 Mei 2018.

Demikian diutarakan Rika saat bercerita, mencoba mengulang kejadian pada pagi hari itu saat ditemui Tribunkaltim sekitar pukul 13.00 Wita, di pelataran rumahnya yang bercat merah jambu dan biru muda. 

“Kami bangun sahur, sudah hujan deras. Bunyi geledek berkali-kali. Sempat was-was juga. Hujan deras tidak berhenti-benti, lama sekali,” ungkap perempuan berambut panjang ini.

Kemudian spontan, dirinya yang berada di dalam rumah saat sedang santap makanan sahur, mendengar suara aneh yang keras, bunyi debam di luar rumahnya. Seperti ada sesuatu benda yang mengenai atap belakang rumahnya, di bagian ruang kamar mandi.

Rika curiga ada sesuatu hal yang terjadi di luar rumahnya. “Bunyinya kencang sampai terdengar ke dalam rumah. Bunyinya seperti patahan kayu. Krek, krek, krek,” katanya mengulang peristiwa kala itu.


Mengetahui bunyi yang misterius itu, Rika bersama anggota keluarga lainnya langsung membuka pintu melihat kondisi di luar rumah.

Dan ternyata benar, belakang rumahnya ada peristiwa kelam, terjadi longsor tanah. Atap bagian belakang rumah Rika rusak, penyok, terimpa pohon. 

“Pohon-pohon ambruk. Ada pohon pisang, pohon asam, pohon mengkudu ambruk semua, kenai atap belakang rumah saya,” kata wanita berkulit putih ini.

Kondisi geografis rumah Rika memang berada di bawah kemiringan dataran tinggi. Pengakuan Rika, kondisi permukaan miring ini tidak ditumbuhi banyak pohon, hanya beberapa buah saja.

Medannya dijadikan jalan umum, lintasan para pejalan kaki. Jalan pun disemenisasi tanpa ada drainase yang memadai, hanya berukuran mini dan tanpa adanya penyangga yang kuat, sempat rusak di makan zaman.

“Ini peristiwa bencana yang besar. Ini kejadian yang kedua kalinya. Dahulu pernah longsor tapi kecil tidak sebesar yang sekarang. Sekarang benar-benar parah,” ungkap Rika.

Senada dengan Samsiah. Rumahnya berada di atas tebing dari rumah Rika. Rumah Samsiah yang bercat hijau nyaris ikut runtuh diseret longsoran tanah. 

“Saya kaget juga tiba-tiba ada suara gemuruh. Ternyata ada longsoran,” ujar Samsiah kepada Tribunkaltim saat ditemui di pekarangannya.

Pengamatan Tribunkaltim, jarak antara rumah Samsiah dengan garis tanah longsor sekitar 40 centimeter. Pinggiran rumah Samsiah kini masih terancam longsor. Untung saja, saat kejadian tidak sampai memakan korban harta maupun jiwa.


“Semoga tidak hujan deras lagi, supaya tidak semakin parah. Kondisi longsor ini sepertinya akan dibiarkan saja, tidak akan dilakukan perbaikan. Sudah tidak bisa lagi dijadikan jalan. Sudah parah sekali,” ungkapnya.  

Kini bekas lokasi longsoran di berikan penutup terpal plastik hijau pemberian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Balikpapan. 

Samsiah pun berharap kepada pemerintah kota supaya ditambah lagi terpalnya karena lapisan tanah merah masih terlihat. Ditakutkan jika terkena air kembali, longsor kemungkinan berpotensi lagi.

Akibat kejadian longsor pagi buta, membuat jalan penghubung dari RT 14 menuju RT 15 terputus. Jika ingin memasuki wilayah RT bersebelahan ini, pejalan kaki harus pergi memutar jauh yang daya tempuhnya sekitar 85 meter.

“Sampai sekarang warga masih membiarkan saja. Tidak dirapihkan lagi buat jalan. Yang penting warga disini itu longsor jangan lagi terulang berkali-kali. Kami takut juga kalau longsor semakin meluas,” kata Samsiah.

Situasi rumah penduduk di Gang Kesatuan, Sumber Rejo ciri khasnya berada di tebing-tebing. Penelusuran Tribunkaltim, banyak rumah berada di pinggir tebing curam. Lintasan jalan hanya bisa dilewati sepeda motor dan pejalan kaki. Banyak titik rawan longsor.

Satu di antaranya, dialami juga di kediaman rumah Sukaya Mahmudin, di RT 15. Jalan di samping rumahnya sudah nampak jelas terjadi longsor kecil. Bekasan tanah merah meleleh di pinggir jalan tebing terlihat secara nyata oleh indera mata.

Kata Sukaya, jalan beton yang bertebing, tanahnya yang tanpa rimbun vegetasi hijau mulai tergerus, dibawa arus hujan semalam.

Sukaya berharap, tanah yang kosong selama ini di Gang Kesatuan sebaiknya jangan ada lagi ditambah bangunan rumah. Biarkan saja lahan kosong ditumbuhi pohon-pohon liar.

“Kalau dibuat kebun juga rawan longsor. Lahan kosong ditanami pohon singkong sama pisang, kan tidak kuat. Ada hujan pasti tanahnya tidak kuat, bergeser ke bawah,” ungkapnya. 

Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan sebenarnya sudah memberikan tanda peringatan di kawasan tersebut sebagai daerah yang rawan longsor.

Satu di antara upaya sosialisasinya dipasang plang informasi pengenai peringatan berbahaya. Ditaruh di lokasi lahan rawan longsor.

Papan informasi itu bertuliskan, “Perhatian. Kawasan ini termasuk daerah rawan longsor dan kritis. Harap berhati-hati. Dilarang membangun, melakukan aktivitas lainnya yang dapat merusak lingkungan tanpa izin dari pemerintah Kota Balikpapan.”[2]

Revitalisasi Drainase dan Sungai
Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kota Balikpapan menyatakan, penyerapan anggaran untuk beberapa bulan ke depan tidak ada persoalan karena dianggap sudah dicantumkan dalam anggaran. Prioritas anggaran direncanakan untuk penanganan banjir di Balikpapan seperti di daerah Gunung Malang.

Hal ini diungkapkan, Wakil Ketua Komisi III, H Haris, kepada Tribunkaltim, yang menjelaskan, pemerintah kota Balikpapan sedang berupaya menangani persoalan genangan air hujan yang membuat beberapa lokasi di Balikpapan banjir.

Satu caranya melakukan penempatan porsi keuangan di Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang diperuntukan bagi penanganan problematika perkotaan seperti banjir.


Pemerintah berupaya terus mencari solusi, meramu agar Balikpapan tidak ada lagi banjir. Selama ini setiap hujan deras, banjir selalu menghantui Balikpapan, terutama di kawasan Balikpapan Kota dan Tengah.  

“Yang sudah pasti itu ada perbaikan dan peningkatan drainase di sepanjang Jalan Sutoyo, juga Jalan Ahmad Yani daerah Gunung Malang,” ujarnya kepada Tribunkaltim, Kamis 31 Mei 2018 pagi.

Saban hujan deras, kawasan Gunung Malang ini selalu saja menderita digenangi air banjir. Karena itu, anggaran dikucurkan untuk mengatasi drainase supaya sistem pengairan berjalan bagus, banjir mampu diredam.

“Anggaran yang sudah dianggarkan kalau tidak salah itu sekitar Rp 8 miliar. Proyeknya sudah ditender. Bulan-bulan ke depan semestinya sudah bisa berjalan,” tegas Haris, yang merupakan alumni SMA Negeri 5 Balikpapan ini.

Selain peningkatan kualitas drainase di Gunung Malang, ternyata juga ada penempatan anggaran untuk penanganan persoalan pembebasan lahan Sungai Ampal supaya sungai kebanggan masyarakat Balikpapan Tengah ini semakin lebar mampu menampung banyak air.

“Pembebasan sedang diupayakan pemerintah. Jika selesai tahun ini pasti di tahun 2019 sudah berlangsung pengerjaannya. Kami akan pantau terus, ikut mengawasi di lapangan,” ujar politisi partai Demokrat ini.

Karena itu, dia pun mengimbau kepada pemerintah kota dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kota Balikpapan untuk mampu merangkul semua pihak dalam mensukseskan program pelebaran Sungai Ampal.  

“Dinas Pekerjaan Umum wajib berkoodinasi dengan BPN dan Camat serta Lurah dalam penetapan lokasi pembuatan peta bidang. Nanti kalau sudah beres, tinggal pelaksanaan teknsinya saja dilaksanakan. Kami akan ikut awasi, bakal lakukan sidak,” kata Haris.

Komisi III yang membidangi pembangunan dan lingkungan hidup akan melakukan kontrol pelaksanaan semua proyek penanganan banjir di Balikpapan.
Sebab untuk pelebaran Sungai Amal saja, ada anggaran Rp 8 miliar di tahun ini yang digunakan untuk upaya pembebasan lahan pinggiran sungai.

Belum lagi upaya pelebaran Sungai Ampal diperkirakan akan mengabiskan anggaran sampai sekitar Rp 200 miliar, yang akan membuka lahan baru antara 25 hingga 40 meter.

Pangkal Banjir Balikpapan
Pangkal persoalan banjir bukan sebatas dari persoalan di drainase atau kapasitas muatan sungai, namun juga harus melihat dari sisi penyebab kebijakan dari pemerintah kota soal keberpihakan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.

Hal itu ditegaskan oleh Hery Sunaryo, Koordinator Sentra Program Pemberdayaan dan Kemitraan Lingkungan Hidup (Stabil) Balikpapan, saat diwawancarai Tribunkaltim melalui sambungan telepon selulernya pada Kamis 31 Mei 2018 pagi.

Ia menjelaskan, penanganan banjir di tingkat hilir memang bisa dikatakan penting. Membersihkan dan merevitalisasi drainase serta memperlebar sungai hal yang berguna juga bagi mengatasi persoalan banjir di Balikpapan.

“Ya pemerintah sudah bergerak, sempat ada beberapa drainase yang dibersihkan, lumpur diangkat, sedimentasi dibersihkan dari dasar drainase, tapi ini belum cukup,” tegas Hery.

Sebaiknya, kata dia, perlu juga diimbangi dengan penangan persoalan di tingkat hulu. Kebijakan pemerintah terhadap pembangunan berwawasan lingkungan hidup tidak ada ketegasan dan kejelasan.

Sebagai contoh, tambah Hery, marak perusahaan properti bebas membangun perumahan di lahan-lahan yang awalnya adalah vegetasi hijau. 

Banyak perusahaan properti yang melakukan kegiatan usaha di tempat lahan baru yang awalnya adalah lahan penyerapan air hujan.

“Izin usahanya ada, tapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan analisis dampak lingkungan. Lahan dipakai semua untuk bangunan beton, sisa serapan air dan vegetasi hijau sama sekali tidak ada,” katanya.

Selain itu, ungkapnya, ada beberapa perumahan tidak ada yang bangun bendali. Pelanggaran ini banyak ditemukan di lapangan. Padahal bendali sendiri berfungsi untuk menampung air di perumahan tersebut.

Tujuannya supaya tidak banyak yang lari ke drainse perumahan komplek lain. “Bendali kan dibuat untuk supaya tidak banjir. Air sudah tertampung, tapi ini tidak,” katanya.

Tidak hanya itu, kawasan hutan kota pun sekarang sudah banyak yang tidak lagi perawan. Hutan kota yang ada di Balikpapan sudah ada yang dijajah untuk pembangunan gedung-gedung beton.

“Hutan kota seperti di daerah Telaga Sari dan Sepinggan yang dekat kawasan Dome itu sudah rusak. Dahulu masih banyak yang hijau tapi sekarang sudah berubah banyak bangunan-bangunan permanen,” tutur Hery.

Karena itu, tegasnya, pemerintah kota harus berani mengambil langkah melakukan audit lingkungan dengan acuan payung hukum Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009.

“Audit lingkungan selama ini tidak berjalan. Padahal ini penting, untuk mengukur, menilai sejauh mana mereka melakukan pembangunan sesuai dengan peruntukannya. Supaya saat ada pelanggaran punya bukti kuat untuk bisa menindak,” katanya.

Selain itu tambahnya, pemerintah kota harus mampu berani mengawasi kejanggalan yang ada di lapangan. Jangan sampai mandul, fungsi pengawasan wajib bertaring, berani bertindak saat ada pelanggaran terhadap lingkungan hidup.

Dan tidak lupa juga, pemerintah kota mesti berani mengambil langkah upaya untuk memberi efek jera dan menutut pertanggungjawaban para pelanggar lingkungan hidup untuk mau melakukan penggantian atau semacam rehabilitasi.

“Lahan hijau dibuat bangunan harus ada penggantian atas lahan yang sudah dibuka buat bangunan,” ujar Hery.[3]
  
Hujan Lebat Berakhir
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Kota Balikpapan sebutkan, prakiraan cuaca untuk kawasan Balikpapan termasuk Kalimantan Timur diprediksi bakal berawan. Periode cuaca hujan lebat akibat belokan angin dari tenggara sudah berakhir.

Saat Tribunkaltim bersua dengan Samrianto, Prakirawan Cuaca BMKG Balikpapan, menjelaskan, hujan deras intensitas tinggi kali ini dan beberapa hari yang lalu, disebabkan adanya belokan angin dari tenggara mendekati garis khatulistiwa.

“Angin berbelok ke arah equator atau garis khatulistiwa, membentuk awan yang menumbuhkan hujan,” ujarnya melalui sambungan telepon seluler pada Kamis 31 Mei 2018 malam.


Karena bentukan awan hujan yang bertumbuh banyak maka potensi hujan begitu besar. Hujan yang turun beberapa hari ini di Kota Balikpapan secara intensitas tinggi karena faktor adanya bentukan awan hujan.

Tidak heran awan hujan ini menghiasi banyak di garis khatulistiwa yang secara geografis memayungi daratan Kalimantan wilayah Timur dan Tengah, termasuk di Kalimantan bagian Utara.

“Berlangsung hanya tiga hari saja. Hari ini (Kamis 31 Mei 2018) terakhir. Dalam waktu hari ke depan, dua sampai tiga hari ke depan tidak lagi. Cuaca akan berawan,” ungkapnya.

Karena itu, Sam memperdiksi tidak akan ada lagi curah hujan yang sangat tinggi seperti di hari-hari sebelumnya. Ke depan cuaca hanya berawan saja, tidak sampai ada guyurang hujan yang sangat besar.

Dia menambahkan, biasanya memasuki bulan Mei, Juni dan Juli adalah musim kering. Namun ini hanya berlaku di kawasan Pulau Jawa saja. Sementara di kawasan Pulau Kalimantan tidak mengenal musim kering saat memasuki bulan Mei, Juni dan Juli.

“Kalimantan itu kan lokasinya di garis khatulistiwa, tidak mengenal musim kemarau. Bisa saja hujan, bisa juga panas,” ujarnya.

Namun, imbuhnya, meski cuaca diramalkan berawan, bagi masyarakat Kota Balikpapan dan sekitarnya sebaiknya tetap pasang mata, dianjurkan peka untuk selalu waspada terhadap kondisi cuaca di sekitarnya.

“Kita harus tetap waspada, terutama saat kita melihat awan yang gelap sekali. Biasanya akan hujan lebat dan ada angin. Yang rumahnya di tebing-tebing bisa lebih waspada lagi,” katanya.[4] (ilo)




[1] Tribunkaltim.co “Balikpapan Hujan Deras, Saat Sahur Warga Sumber Rejo Kebanjiran,” terbit pada Kamis 31 Mei 2018.
[2] Tribunkaltim.co, “Kesaksian Korban Tanah Longsor di Sumber Rejo Balikpapan,” terbit pada Kamis 31 Mei 2018.
[3] Tribunkaltim.co “Kunci Penanganan Banjir Balikpapan Bukan Sebatas Drainase dan Sungai” terbit pada Kamis 31 Mei 2018.
[4] Koran Tribunkaltim, “Hujan Lebat Berakhir,” terbit pada Jumat 1 Juni 2018 di halaman depan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng