Langsung ke konten utama

MINGGU PAGI KELABU


Tiga Gereja Diteror Bom

Duar, jeder!. Indonesia berduka lagi. Tiga rumah ibadah umat kristiani di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, menjadi sasaran teror bom. Banyak orang yang tidak berdosa sedang beribadah menjadi korban.

Ledakan bom itu memunculkan korban orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka berat. Tindakan kriminalitas ini sangat terkutuk. Kejadian teror bom merugikan banyak pihak pada Minggu 13 Mei 2018.

Tiga titik bom yang meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel, Gereja Kristen Indonesia Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno merupakan lembaran tercela bagi rakyat Indonesia.   

Ekses itu berdampak. Menurut Humas Polda Jatim, sekitar pukul 12.00 Wita menyatakan secara resmi, korban akibat teror ledakan bom tersebut dari tiga lokasi gereja totalnya sudah sebanyak sembilan orang. Sebelumnya yang teridentifikasi, korban ada empat orang.  


Tidak hanya itu, akibat teror bom tersebut gelaran Festival Rujak Uleg yang melibatkan sekitar 1500 lebih manusia dibatalkan. Padahal diharapkan festival ini akan mendongkrak sektor pariwisata di Surabaya, yang menjadi satu tonggak kekuatan ekonomi lokal.

Tindakan biadab itu tidak terlepas orang-orang yang berpaham radikalisme. Pelaku tidak jauh berbeda dengan gerakan yang sebelumnya, merupakan satu kesatuan kelompok teroris yang sama. Ada orang yang lama dan baru semacam ada kaderisasi kombatan yang rela jadi martir bom bunuh diri.

Yang masih menjadi pertanyaan, apa tujuan perjuangan mereka, tega untuk lakukan pengrusakan di lingkungan orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya. Alasan apa para teroris berbuat buruk membunuh kepada orang-orang sipil yang sedang beribadah.

Wahai para teroris kalau tidak mau dikatakan berwatak bengis, sudahlah, cukup sudah. Inilah yang terakhir. 

Hentikan semua perbuatan hina dina kalian, cara-cara yang kalian lakukan tidak bisa dibenarkan secara etika moral dan agama mana pun.    

Ciri yang paling menonjol dari gerakan ini biasanya menyerang ke rumah-rumah ibadah untuk membuat kecemasan masyarakat, termasuk menyerang aparat kepolisian.

Sebenarnya, sasaran utama Densus 88, namun karena sulit ditembus tentu saja teroris mengincar ke lembaga kepolisian. 

Pandangan teroris, kepolisian jadi sasaran empuk target penghancuran melalui senjata berapi atau ledakan bom bunuh diri.

Gerakan teroris inti utamanya membuat kecemasan masyarakat. Menghasilkan ketakutan di tengah masyarakat. Seandainya masyarakat merasa cemas dan gundah gulana, dipastikan si teroris merasa memenangkan perang, berhasil membuat ketakutan.

Karena itu, imbauan dari berbagai kalangan, untuk masyarakat Indonesia tidak perlu takut. Berani melawan dan berantas teroris dengan tetap kita juga perlu waspada di daerah sekeliling kita. Bersatu padu bersama aparat untuk melawan dan mengutuk tindakan radikalisme. (ilo)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng