Langsung ke konten utama

BALIKPAPAN BERSATU KIKIS TERORISME


Inspirasi Sejarah Sumpah Pemuda

Pemuda Lintas Agama Kota Balikpapan ingatkan kalangan muda mudi akan penerapan nilai universal dalam kehidupan yang sekarang semakin rawan tergerus. 

Pegangan akan nilai universal mampu menghindari kaum muda mudi dari gerak pacu radikalisme yang belakangan ini banyak muncul aksi teror di berbagai daerah di Indonesia.

Demikian disampaikan dalam Ngobrol Kebangsaan bertema “Bersatu Lawan Teroris” di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Bukit Benuas, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Jumat 18 Mei 2018 sore.

Melalui Badrus Syamsu, Ketua Pemuda Lintas Agama Balikpapan, saat memberikan sambutan di mimbar diskusi yang dihadiri puluhan audiens dari berbagai kalangan lintas usia dan agama, menjelaskan, soal keberadaan agama di dunia berlandaskan pada cinta damai.


Kata dia, umat beragama dalam setiap ajarannya mengandung nilai kebaikan anti terhadap kerusakaan. Setiap penganut agama diharuskan melaksanakan perintah agama yang isi ajarannya bermuatan positif.

Agama selalu mengingatkan kepada manusia untuk mencapai tujuan rahmat bagi seluruh semesta alam. “Pasti (agama) membawa kedamaian, bukan kekerasan,” tegas Badrus.   

Menurut dia, membangun sebuah bangsa itu mesti dalam bingkai rasa saling toleransi, setiap pemeluk agama mesti merajut hidup rukun. Keberadaan agama sebagai sarana penting bagi persatuan dan kesatuan nasional.

Belakangan peristiwa radikalisme yang terjadi di Depok Jawa Barat dan Kota Surabaya Jawa Timur telah mencoreng nilai suci agama. Paling ironisnya, para muda mudi, kalangan perempuan yang juga melibatkan anak-anak menjadi pelaku dalam aksi teror.

Karena itu, tegasnya, para pemuda pemudi mesti sikapi secara bijak atas fenomena yang belakangan ini terjadi. Para pemuda harus mampu jalankan nilai universal supaya tercipta kedamaian, bisa terbangun kebaikan, ada saling kasih, tidak memunculkan rasa kebencian.

Berkaca saat peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia di tahun 1928, kaum pemuda selenggarakan Sumpah Pemuda yang menggelorakan hidup rukun bersatu di tengah perbedaan sosial budaya dan agama.

Belajar pada sejarah kebangsaan Indonesia di tahun 1928, titik pijak merajut persatuan meski dalam hidup yang berkarakter ragam agama, suku, ras, dan bahasa. 

Kikis ideologi terorisme dengan berkaca pada pesan-pesan yang pernah disampaikan dalam Sumpah Pemuda yang menjahit perbedaan menjadi merasa bersatu berbahasa Indonesia, berbangsa dan bernegara satu Indonesia.

“Perjuangan Sumpah Pemuda harus kita tularkan lagi. Kita jadikan inspirasi buat semangat bagi kalangan zaman sekarang,” ungkapnya. 


Pemahaman Dangkal Atas Jihad
Ajaran setiap agama manapun tidak ada yang menganjurkan umatnya untuk berbuat kerusakan dengan melakukan aksi teror dan berideologi radikalisme, membawa mala petaka bagi semesta alam.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Balikpapan, Abdul Muis Abdulloh, menegaskan, setiap agama mengajarkan hal-hal yang bijak, bajik atau baik. 

Setiap agama yang dipercaya oleh masyarakat Indonesia mengandung keluhuran yang suci, jauh dari onak dosa. Agama diturunkan ke dunia mengajarkan kedamaian, tidak boleh saling merusak dan memusnahkan.

Melakukan pembunuhan kepada makhluk hidup yang tidak berdosa merupakan perbuatan yang dilarang keras. Aksi terorisme yang belakangan terjadi ini tidak bisa dibenarkan.

“Kami mengutuk keras setiap orang yang membawa nama agama untuk berbuat teror, membunuh ke orang-orang yang tidak bersalah,” ujarnya dalam obrolan kebangsaan bertema “Bersatu Lawan Teroris,” di aula GPIB Bukit Benuas Balikpapan, Sepinggan, Jumat 18 Mei 2018 sore.

Dia pun mengimbau kepada seluruh umat beragama dan suku yang berbeda tidak perlu terpancing atas tindakan para teroris yang melakukan kerusakan di berbagai daerah di Indonesia dengan membawa simbol-simbol agama.

Kata Abdul, kehidupan antar umat beragama di Kota Balikpapan telah terjalin baik, persatuannya kuat erat, sudah terbingkai dalam kedamaian di tengah kehidupan yang berbeda.


“Ada teror di Surabaya, kami semua antara umat beragama kompak langsung bertekat untuk mengutuk keras tindakan teroris yang tidak bisa dibenarkan oleh agama mana pun. Kami semua bersatu melawan terorisme,” tegasnya. 

Sama halnya saat peristiwa peledakan Gereja Oikumene Kota Samarinda pada 13 November 2016 oleh teroris, semua umat beragama tidak terpancing, satu sama lain tetap menjaga persatuan. 

Semuanya mengutuk keras tindakan terorisme tersebut, semua meyakini perbuatan itu tidak dibenarkan oleh ajaran agama mana pun.

Setiap agama itu mengajarkan kebaikan, seperti Islam membumikan keindahan. Mengajarkan cinta di dalam agama Hindu dan damai di agama Budha. 

Di dalam agama Kristen dan Katolik menebarkan kasih, dan di Konghucu menggelorakan harmonisasi. Semua ajaran agama itu positif, untuk kedamaian seluruh semesta alam.

Pembicara lainnya, Kasat Bimbingan Masyarakat Polres Balikpapan, Jamiah, menegaskan, melawan aksi terorisme bukan saja tanggungjawab aparat kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia. 

Pencegahan dan penumpasan radikalisme berbau agama bisa dimusnahkan bila ada keterlibatan semua elemen masyarakat.

“Kita harus bersatu bergandengan tangan. Kita sepakat mengutuk aksi terorisme, tidak dibenarkan oleh agama. Kita bersama-sama melawan terorisme, kita tidak takut,” tegasnya.

Dia mengimbau, pengamanan tingkat pemukiman penduduk kuncinya ada di masyarakat. Gelorakan kembali sistem siskamling, sistem pengamanan lingkungan dan pro aktif untuk mengenali kondisi sekeliling pemukiman.

Terutama buat orang-orang pendatang baru. Cek identitas dan aktivitasnya, seandainya mencurigakan dianggap tidak wajar segera laporkan kepada aparat atau pemerintah terdekat.

Ditambahkan, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Kota Balikpapan, Hakimin, menjelaskan, muara kekerasan aksi kriminalitas yang berbalut terorisme berbau agama dipengaruhi berbagai banyak faktor.

Seperti di antaranya kurangnya pemahaman akan ajaran agama. Kemungkinan pengetahuan agama yang digeluti hanya sebatas permukaan, tidak secara mendalam dan menyeluruh.

Di agama Islam sendiri, dakwah yang dibenarkan itu ialah dakwah humanis, bukan melakukan teror ke berbagai pihak menciptakan ketakutan di tengah masyarakat.

“Ada yang salah mengartikan makna jihad. Padahal jihad dalam Islam itu bersungguh-sungguh melakukan perbuatan yang menghasilkan nilai baik, bukan diartikan perang, atau membunuh ke golongan yang berbeda,” ujarnya.

Secara kehendak Allah, kehidupan di muka bumi itu diciptakan secara ragam untuk tidak saling tercerai berai. 

Disinggung dalam Al Quran surat Al Hujarat ayat 13, disebutkan; “Hai manusia, sesungguhnya telah diciptakan kamu sebagai pria dan wanita, menjadikan berbangsa-bangsa dan bersuku supaya saling kenal-mengenal.”

Intinya, terorisme ini, satu di antaranya juga tidak bisa terlepas dari apa yang disebut terjerat hawa nafsu politik dan harta. 

Dari zaman dahulu kala, manusia yang hanya mengejar nafsu kekuasaan, harta dan wanita riwayatnya telah melakukan perbuatan tercela, menyimpang dari nilai-nilai agama.

“Setan itu adanya di nafsu mengejar tahta kekuasaan, harta sama wanita. Hancur pasti yang hanya mengejar ini, banyak manusia yang tergoda,” tutur Hakimin yang pernah tertugas di Penajam Paser Utara ini.[1]

Buka Puasa di Gereja
Menjalani ibadah puasa ramadan, ada sebagian warga muslim melakukan ritual berbuka puasa bersama di Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Bukit Benuas, Jalan Duatan Baru Sakai, Kelurahan Sepinggan, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Jumat 18 Mei 2018 sore.

Pengamatan Tribunkaltim, acara buka puasa bersama itu tidak hanya dihadiri puluhan kaum muslim dari Balikapan namun juga datang dari bebagai latar belakang agama non muslim. Acara diikuti lintas agama dan lintas usia.

Saat jarum jam menunjukan pukul 18.14 Wita, kumandang azan maghrib terdengar dari luar gereja Bukit Benuas. Spontan, warga muslim yang berpuasa langsung menyantap hidangan pembatal puasa yang sudah disediakan secara prasmanan.

Menu yang disajikan pun beragam, di antranya ada makanan kue kelepon berisi gula jawa, buah kurma, makanan kolak manis, minuman sirup buah dan teh hangat manis.

Suguhan berbuka puasa ini tidak saja dinikmati oleh kaum muslim, namun umat agama lainnya juga ikut bergabung, bersama-sama merasakan kenikmatan hidangan berbuka puasa.  

Saat memberikan sambutan, sebelum waktu berbuka puasa, Badrus Syamsu Ketua Pemuda Lintas Agama FKUB Baikpapan, menjelaskan, pertemuan yang dilakukan memberikan pesan dan makna. 

Bahwa antar umat beragama bisa hidup berdampingan, satu sama lain bisa saling memupuk toleransi keberagamaan.

Beragamnya agama bukan menjadi penghalang untuk bersatu dalam kesatuan negara Republik Indonesia. Ragamnya agama menjadi simbol kekayaan bangsa, yang sangat indah dalam interaksi sosial.


“Indahnya. Kita disini bisa bersama-sama, tidak ada perpecahan yang munculkan kerusakan. Mungkin hari ini di gereja, bisa saja nanti di lain waktu kita buat buka puasa bersama di tempat lain seperti di pura,” ungkapnya.

Kegiatan buka puasa bersama tersebut persembahan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Balikpapan yang sekaligus melangsungkan obrolan kebangsaan bertema “Bersatu Lawan Teroris” yang menghadirkan berbagai pembicara dari berbagai perwakilan tokoh agama dan personel kepolisian Polres Balikpapan.    

Di tempat yang sama, Ketua GPIB Bukit Benuas Balikpapan, Pdt Nitis P Harsono, menyatakan, aksi kekerasan atau tindakan terorisme yang membawa simbol-simbol keagamaan merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan.

“Umat beragama yang ada di Indonesia termasuk di Balikpapan sudah sejak lama hidup rukun. Bersatu dalam kehidupan bermasyarakat, tidak ada masalah. Pelaku teror mencoba untuk merusak kerukunan umat beragama yang selama ini sudah terjaga baik,” kata Nitis, pendeta lulusan Ilmu Teologi dari Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ini.

Menurut dia, pelaku teror yang membuat kerusuhan dan pembunuhan belakangan ini tidak bisa dikatakan sebagai perjuangan karena agama tertentu. Perilaku teroris bukan mewakili atas nama ajaran agama.

“Kami tidak percaya itu teroris atas dasar alasan agama tertentu. Saya yakin, agama tidak mengajarkan perilaku yang merusak membunuh makhluk hidup. Kami mengecam, sangat mengutuk kepada pelaku,” ujar pria yang menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teologi Intim Makassar ini.[2] (ilo)




[1] Tribunkaltim.co “Pemahaman Dangkal Atas Jihad Ciptakan Teror Radikalisme,” terbit pada Jumat 18 Mei 2018.
[2] Koran Tribunkaltim, “Muslim Balikpapan Berbuka Puasa di Gereja Protestan Bukit Benuas.” Terbit pada Sabtu 19 Mei 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng