Langsung ke konten utama

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia 
Masih Rendah

FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo

JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut.

TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat.

"Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2).

Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri.

Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika di bangku kuliah. "Pada prinsipnya saya senang belajar, makanya tertarik dengan dunia usaha," katanya.
Sampai saat ini setelah beberapa waktu berjalan, dia belum pernah meminjam modal ke bank. Namun jika nantinya usahanya semakin berkembang pesat mungkin akan melakukannya.

Dia berharap agar pembangunan di Sulut semakin pesat, selain itu keamanan dan ketertiban dapat terus dijaga, sehingga jamin keamanan untuk berkembangnya dunia usaha dapat terus berkembang.

Hal yang sama juga dikatakan pengusaha lainnya Devi Gustiawan. Dia mengungkapkan, kemudahan perizinan, merupakan faktor utama agar investor mau menanamkan modal. "Karena jika perizinan saja sulit, investor akan berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya," katanya.

Untuk itu pemerintah harus menjamin hal tersebut, selain itu prasarana jalan dan kemudahan lainnya juga harus diberikan kepada pengusaha agar mereka semangat menanamkan modalnya.

Menurut Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), penyebab masih cukup rendahnya jumlah pengusaha muda di Tanah Air karena sebagian besar penduduk mengganggap pengusaha bukanlah profesi yang dicita-citakan.

Menurut pria yang akrab disapa Okto itu, hal yang cukup menyedihkan bahwa, cukup banyak menjadi pengusaha karena faktor tidak sengaja atau kecelakaan. "Banyak alasan sebagian orang menjadi pengusaha karena tidak ada pekerjaan ataupun diberhentikan dari profesinya," ujarnya.
Wirausaha di Indonesia masih rendah dibandingkan negara luar.

"Jumlah wirausaha di Indonesia masih perlu digenjot karena dianggap masih sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung tumbuhnya perekonomian di Indonesia," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarifuddin Hasan.

Ia mengatakan, jumlah wirausaha di Indonesia hanya 0,24 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Menurut dia, jumlah wirausaha di luar negeri, seperti Amerika Serikat yang merupakan negara maju di dunia, mencapai sekitar 11 persen dan Singapura mencapai 7 persen.

Hasan mengatakan, melihat perbandingan jumlah wirausaha di negara maju dengan jumlah wirausaha di Indonesia, maka wajar jika ekonomi di Indonesia juga masih melambat.
Oleh karena itu, ia mengatakan, Pemerintah Indonesia sedang berfokus meningkatkan jumlah wirausaha agar dapat berperan dalam mendukung ekonomi negara agar lebih maju pada masa mendatang.

"Generasi muda di semua daerah harus mengembangkan sektor kewirausahaan dengan mendorong mereka menjadi pengusaha dan mendapat dukungan pemerintah," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat di Indonesia harus diubah agar tidak lagi menjadi pencari kerja, tetapi menyediakan lapangan kerja melalui kreasi dan kreativitas yang bermanfaat bagi ekonomi negara.

Menurut dia, pemerintah juga akan mendukung program pengembangan kewirausahaan dengan memberikan bantuan modal kepada pelaku usaha, seperti kredit usaha rakyat melalui perbankan.

Lainnya, Maulana Malik Al Habiby memberanikan diri banting stir dari jurnalis televisi ke dunia usaha di Manado. Pria asal Magetan ini mencoba berbisnis di bidang energi penyedia alat penghemat bahan bakar nonkatalis. "Dulu sebelumnya jadi jurnalis televisi tapi sekarang mau berbinis, belajar mandiri," ujarnya.

Selama tekuni dagang ada suka duka. Mengawalinya berat, butuh perjuangan keras tidak secepat mungkin langsung peroleh kesuksesan. Apalagi produk yang dijualnya masih asing belum terlalu dikenal banyak orang, masih cari kepercayaan dari konsumen. "Sebagai semangat dalam berjualan saya selalu targetkan hasil omzet yang menjanjikan," katanya.


Perlu Regenerasi
Christian Pua Ketua Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) Sulut menuturkan, minat menekuni dunia usaha seperti berdagang di kalangan kaum muda Sulut terbilang masih minim. Pertumbuhan jumlah pengusaha muda masih dapat terhitung dengan jari, belum terlalu besar masih banyak didominasi kalangan senior.

Regenerasi dari senior ke junior masih kurang. Kebanyakan peran yang dimainkan dari mereka yang sudah lama berkecimpung di dunia usaha atau sudah berumuran tua. Regenerasi sangat dibutuhkan agar tercipta kondisi baru.

Tetapi yang menjadi kendala mereka yang muda masih belum siap dan mahir dalam berwirausaha. Masih bergerak lamban karena kalah pengalaman, makanya tidak banyak yang tampak menonjol dari pedagang kalangan muda.
Sebagai langkah alternatif, Kadin selalu melakukan upaya penyebaran pengetahuan, motivasi, dan dukungan penuh kepada generasi muda dalam kegiatan seperti seminar bertema wirausaha muda.

Tanpa henti-hentinya selalu membuat program pengembangan ilmu usaha.
Padahal daya dukung kondisi iklim usaha di Sulut sangat menguntungkan. Semisal dari sisi keamanan geografisnya, tidak pernah ada konflik perang dan perpecahan warga masyarakatnya, untuk usaha sangat stabil kegiatan berdagang mudah tanpa ada gangguan.

Tetapi yang masih menjadi catatan penting bagi iklim usaha di Sulut mengenai perizinan usaha ketika berhadapan dengan birokrasi masih mengawatirkan. Respon pemerintah terhadap investor masih alot, ada ditemukan beberapa oknum birokrat yang bermain melakukan pungutan liar kepada pengusaha. Ini terjadi pada daerah di tingkat dua, sedangkan untuk Kota Manado masih terjaga karena masih dapat terpantau.
Harusnya pemerintah mendukung penuh kegiatan investasi, jangan berbelit-belit bagi mereka yang ingin melakukan usaha. Di Singapura mengurus izin usaha sangat cepat hari itu juga selesai sementara di Sulut harus berhari-hari belum lagi ada halangan pungli dari pejabat tertentu. Diharapkan ini tidak lagi terjadi di Sulut agar iklim usahanya kondusif dan mampu menciptakan geliat usaha yang dapat ciptakan lapangan pekerjaan.
Kredit Konsumsi Mendominasi
HASIL rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) Tahun 2012 menunjukan optimisme perbankan di Sulut untuk terus meningkatkan penyaluran kredit. Secara year on year (yoy), penyaluran kredit perbankan mengalami pertumbuhan pada kisaran 36 persen.

"Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit," kata Pemimpin Bank Indonesia (BI) Manado, Ramlan Ginting, belum lama ini.

Kemudian dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulut mencapai 41 persen (yoy). Menurut Ramlan, tingginya target pertumbuhan tersebut dapat dicapai dengan menerapkan berbagai upaya di antaranya dengan mempertahankan nasabah yang telah ada.

"Kemudian menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi," ujarnya.

Penyaluran kredit bank umum secara sektoral dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan. Hal ini seperti terlihat total outstanding kredit sektoral bank umum yang mencapai hingga Rp 15,8 triliun di Triwulan IV 2011.

Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 23,14 persen bila dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai sebesar Rp 12,9 triliun.
Menurut Ramlan, saat menggelar konferensi pers di kantornya, akhir minggu lalu, kredit yang mengalami kenaikan signifikan dari lain-lain yang mencapai Rp 8,9 triliun.

"Kemudian disusul di sektor perdagangan, restoran, dan hotel yang mencapai sebesar Rp 4,6 triliun. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai sebesar Rp 3,2 triliun," kata Ramlan.

Demikian pula halnya dengan penyaluran kredit di sektor pertanian yang juga mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan IV 2010 kredit sektor pertanian hanya mencapai sebesar Rp 207,2 miliar naik menjadi Rp 366,1 miliar di Triwulan IV 2011.

"Sementara kualitas kredit yang disalurkan bank umum terus menunjukan perbaikan di Triwulan IV 2011 untuk risiko kredit bermasalah mencapai sebesar 2,66 persen. Sedangkan di tahun sebelumnya di periode yang sama kredit bermasalah bank umum mencapai sebesar 3,13 persen," ujarnya.

Menurut Ramlan, secara umum, kinerja bank umum Triwulan IV 2011 mengalami pertumbuhan yang baik bila dibandingkan tahun sebelum. Hal ini ini dilihat dengan kenaikan total aset bank umum yang mengalami pertumbuhan sebesar 21,16 persen dibandingkan tahun lalu.

"Total aset perbankan Sulut pada triwulan IV 2011 mencapai Rp 21,2 triliun atau tumbuh 21,16 persen. Ini lebih tinggi dari pertumbuhan tahun lalu yang hanya mencapai sebesar Rp 17,5 triliun," ucap Ramlan.

Kondisi serupa terjadi pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) hingga pada posisi Desember 2011 telah mencapai sebesar Rp 455,8 miliar. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya di bulan yang sama hanya mencapai Rp 288,3 miliar.

Secara sektoral, menurut Ramlan, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain dengan pangsa sebesar 81,04 persen atau sebesar Rp 369,3 miliar. Kemudian disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) sebesar Rp 44,8 miliar.

"Secara umum kinerja BPR menunjukan perkembangan, dilihat dari asset BPR pada Desember 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 62,12 persen menjadi Rp 651,7 miliar.  Ini didorong pertumbuhan kredit tercatat 58,09 persen atau mencapai Rp 455,8 miliar," ucap Ramlan.

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 75,73 persen dari total kredit yakni mencapai Rp 345,1 miliar. Ramlan menjelaskan hal ini tidak terlepas dari kegiatan konsumsi yang menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah Sulut.

"Kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah di samping meningkatkanya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulut," ungkapnya.

Pemerintah Memotivasi
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sulut, Robby Assah, menuturkan, jumlah angkatan pengusaha muda di Sulut terus berkembang baik. Jumlahnya mengalami pertumbuhan naik, ada seribuan pengusaha muda. "Data Tahun 2011 saja capai 1.500 orang, targetnya kami ciptakan banyak lagi," ujarnya.

Hal ini terus dilakukan upaya untuk ciptakan angkatan kerja baru, pencitaan lahan kerja yang banyak sebab selama ini para sarjana yang berumuran muda lebih memilih profesi sebagai tenaga pegawai negeri sipil ketimbang menjadi pengusaha. "Habis lulus banyak yang mengincar PNS, padahal lowongannya terbatas," katanya.

Menurut Assah, sebagai pendorong pertumbuhan usaha, pemerintah terus berperan dalam mendongkrak usaha di Sulut, satu di antaranya terus melakukan motivasi dan bimbingan pengetahuan kewirausahaan di kalangan muda. "Kami terus gelar seminar- seminar, supaya ada semangat motivasi," ungkapnya.

Sebab melalui gelaran seminar wirausaha, peserta yang berasal dari pemula, kalangan muda memiliki bekal dalam menekuni pekerjaan sebagai pedagang yang bersih dan berikan keuntungan orang lain dan bagi dirinya sendiri. "Mengenai pembiayaan biasanya itu ada di perbankan, pemerintah hanya sebagai motivator dan pendukung penuh kegiatan pendirian usaha perijinan," tutur Assah.

Sumber: tribun manado Jumat 24 Februari 2012 dan Kompas.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng