Langsung ke konten utama

PESONA KEBUN RAYA BALIKPAPAN

Kebun Raya Balikpapan 
Terluas Se-Indonesia 
Ragam Koleksi Banyak Manfaat

Selama ini masyarakat mengenal Balikpapan sebagai kota minyak. Kesan ini terpancar meluas ke seluruh Indonesia. Cikal bakal kota ini terbentuk menjadi ramai karena dimulai dari ditemukannya sumur bor minyak, sekitaran dekat pinggiran pantai era kolonial Hindia Belanda.

Namun bukan berarti Balikpapan hanya selalu identik sebagai kota minyak fosil. Sisi lainnya, Balikpapan memiliki kekayaan flora yang ragam. 

Satu di antaranya hamparan Kebun Raya Balikpapan, yang digadang-gadangkan sampai sejauh ini sebagai kebun raya terbesar di Indonesia.  

Pagi yang cerah, dipayungi awan putih nan biru, Tribun sambangi Kebun Raya Balikpapan ini, di Jalan Sungai Wain, Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Minggu 11 Maret 2018. 



Susana yang bersih, sejuk, sangat mengental di kawasan kebun raya ini. Pandangan kedua bola mata disuguhkan hijau pepohonan, sesekali kicau burung terdengar dari rimbunan daun dan ranting pohon.

Tidak jauh dari pintu gerbang Kebun Raya Balikpapan, terdapat bangunan beraristektur Lamin, rumah panggung khas Dayak Kalimantan. Tribun masuk ke bangunan ini berjumpa dengan Ramlani, Koordinator Informasi Kebun Raya Balikpapan.

Pria lulusan SMA Muhammadiyah Balikpapan ini sempatkan waktu bersua dengan Tribun di beranda rumah Lamin Kebun Raya Balikpapan. 

Dia pun mengungkapkan, masyarakat sudah banyak yang tahu akan keberadaan kebun raya. Setiap akhir pekan selalu banyak pengunjung dari berbagai daerah.

“Rata-rata pengunjung yang kami data, yang masuk ke Kebun Raya Balikpapan dalam seminggu bisa mencapai 500 orang lebih. Paling banyak yang datang itu hari Sabtu dan Minggu juga hari-hari libur besar,” ujarnya.

Sampai sekarang Kebun Raya Balikpapan masih terus berbenah. Belum bisa dikatakan sudah masa puncak ideal sebagai kebun raya. 

Sejauh ini, Kebun Raya Balikpapan diklaim sebagai kebun raya terluas di Indonesia. Menghitung luasan Kebun Raya Bogor kalah jika dibandingkan dengan Balikpapan.

“Yang saya tahu di Bogor itu luasnya hanya 80 hektar. Kebun Raya Balikpapan luasnya mencapai 309,2 hektar,” ujar Lani, panggilan akrab Ramlani.  

Kabar yang tersiar, luasan Kebun Raya Balikpapan bakal tergeser dari daerah lainnya. Lani mendengar, provinsi tetangga seperti di Kalimantan Tengah sedang mengajukan pembukaan lahan sebagai kebun raya yang luasnya mencapai 600 hektar.



“Baru sekedar usulan lahan saja (Provinsi Kalimantan Tengah) tapi belum resmi bisa dikatakan kebun raya. Kalau memang benar jadi, pastinya Kebun Raya Balikpapan tidak lagi terluas di Indonesia,” kata pria kelahiran 16 Agustus 1977 ini.

Namun dari sisi usia, jelas yang di Bogor paling senior, sejak zaman Hindia Belanda sudah terbangun, usianya terhitung sudah mencapai 200 tahun, berdiri sebelum negara Republik Indonesia ini lahir.

Sementara Kebun Raya Balikpapan dianggap masih berumur jagung, tahun 2005 bekas lahan Hutan Lindung Sungai Wain ini baru direstui pemerintah pusat untuk jadi kebun raya.  

Seiring waktu berjalan, kata Lani, Kebun Raya Balikapapan selalu berbenah, meningkatkan kualitas sebagai kebun raya yang disegani masyarakat nusantara bahkan sampai mancanegara. 

Kehadiran Kebun Raya Balikpapan menjembatani masyarakat pecinta lingkungan bagi anak-anak usai dini untuk mengenal kekayaan biota fauna yang tumbuh berkembang di Pulau Kalimantan. 

Kebun ini terbuka bagi masyarakat umum saat di tahun 2008. “Kami mengklaim sebagai pusatnya konservasi tanaman asal Kalimantan,” ujar Lani.

Semua tanaman yang disuguhkan dalam Kebun Raya Balikpapan paling banyak jenis-jenis tumbuhan vegetasi hijau yang berasal dari bumi Kalimantan. 

Bagi siapa saja, kata Lani, yang ingin mengetahui secara langsung bentuk fisik tanaman khas Kalimantan bisa mendatangi Kebun Raya Balikpapan.

“Kita tidak perlu lagi harus jauh-jauh mendatangi hutan belantara. Tidak harus lagi masuk ke dalam hutan untuk melihat pohon-pohon khas Kalimantan. Datang kesini, sudah bisa lihat,” tuturnya.

Sampai kini, kebun raya hanya menyimpan tanaman khas Kalimantan. Tanaman dikoleksi dimulai dari bibit sampai ditanam di lapangan. Teknis perawatannya dari mulai pembibitan, penanaman, hingga matinya tanaman, semua terdata secara sempurna.

“Bibit nama tanamannya apa, data secara biologinya, asal usul tanamannya, siapa yang mengkoleksi, semua dicatat. Sewaktu-waktu buat keperluan penelitian atau edukasi bisa dilihat dengan mudah,” ungkapnya.

Lani mengungkapkan, Kebun Raya Balikpapan telah memiliki 2200 koleksi tanaman kayu. Paling banyak jenis tanaman akar tunggang. 

Tidak ketinggalan juga ada tanaman akar serabut seperti bunga Anggrek. Sementara data yang terhimpun, koleksi Anggrek baru menyentuh angka dua ribu tanaman dari 150 spesies.

“Yang paling terkenal Anggrek khas Kalimantan itu Bunga Anggrek hitam. Kami mengkoleksinya, hidup di daerah hutan Kutai Barat Kalimantan Timur,” tuturnya. 

Secara fungsi, Kebun Raya Balikpapan didirikan untuk mencapai beberapa manfaat. Yakni untuk konservasi. Kebun raya dijadikan tempat penyalamatan beberapa spesies tanaman Kalimantan yang dianggap terancam eksistensinya. 



Seperti halnya mencari pohon Ulin di beberapa hutan tertentu sudah sangat sulit, banyak yang diburu, ditebang liar oleh ulah manusia. Jika dibiarkan, lama-lama pohon Ulin bakal langka.

“Takutnya anak cucu kita nanti tidak tahu apa itu pohon Ulin. Di kebun raya kami simpan koleksinya. Sekarang masih ada kami simpan pohon Ulin yang sudah berusia sekitar 200 tahun,” ungkapnya.

Fungsi berikutnya, kebun raya sebagai sarana penelitian. Banyak perguruan tinggi dari berbagai daerah di luar Balikpapan melalukan kunjungan untuk melakukan penelitian soal tanaman Kalimantan.

Dunia kampus tidak perlu lagi harus masuk ke hutan belantara, cukup datangi kebun raya sudah bisa temukan tanaman yang akan diteliti, juga bisa melalukan penelitian untuk pengembangan biota hutan penghuni Kebun Raya Balikpapan.

“Yang pernah datang dari dari Universitas Airlangga Surabaya, ada dari Universitas Mulawarman Samarinda. Paling banyak kunjungan penelitian dari Kebun Raya Bogor yang membawa nama LIPI,” ungkap Lani yang menggunakan topi biru berlogo LIPI ini.

Kemudian, ada fungsi pendidikan. Kebun raya sebagai media bagi kalangan umum, para pelajar dan anak-anak usia dini untuk belajar banyak mengenai dunia tanaman yang langka dan unik hingga tanaman yang populer.

Sering sekali, Kebun Raya Balikpapan melangsungkan kegiatan penanaman yang dimulai dari bibit pohon. Seperti di antaranya menanam melalui cara vegetatif, stek dan mencangkok tanaman.

“Anak-anak sekolah sering datang. Kita mengajarkan sejak usia dini memberikan pendidikan menanam pohon. Anak-anak diajarkan untuk gemar menanam, supaya bisa mencintai pohon,” tutur Lani.  

Lalu posisi Kebun Raya Balikpapan juga berfungsi sebagai jasa lingkungan. Maksudnya, jelas Lani, keberadaan kebun raya memberi dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

Bagi warga yang berada di sekitaran kawasan kebun raya mendapat aura positif, ibaratnya sebagai paru-paru Kota Balikpapan.

“Kalau tempat tinggal kita semua bangunan beton, lahan gersang, pasti kota serasa sumpek, sesak, tidak nyaman untuk bertempat tinggal. Ada kebun raya memberi banyak manfaat bagi semua, manusia dan satwa lainnya. Ada sesuatu yang segar di tengah-tengah kota. Menyenangkan,” tegas Lani.

Serupa Durian, Sedia Durio Sampai Kerantungan

Keberadaan Kebun Raya Balikpapan memiliki segudang tanaman khas Kalimantan. Dimulai dari tanaman yang mulai langka sampai yang berciri khas unik. 

Namun diakui, kebun raya di Karang Joang ini tidak menyimpan jenis tanaman-tanaman buah yang dikembangkan secara vegetatif seperti stek dan mencangkok.

Saat bersua dengan Tribun, Ramlani, Koordinator Informasi Kebun Raya Balikpapan, mengatakan, tanaman yang dikoleksi kebun raya semuanya ialah tanaman langka yang berada di pedalaman hutan belantara. 

“Kalau pohon buah-buahan yang dicangkok atau di stek tidak ada. Kebun raya ini tempat konservasi semua pohon khas Kalimantan,” ujarnya di beranda rumah Lamin, Kebun Raya Balikpapan, Jalan Sungai Wain.

Menurut dia, tanaman populer khas Kalimantan tersimpan dalam pelukkan Kebun Raya Balikpapan. Di antaranya ada pohon buah mirip duren yang berwarna merah berukuran mini yang disebut Lai Paken atau yang bahasa ilmiahnya Durio Kutejensis dari suku Malvaceae.

Pohon Lai Paken hidup di kondisi lereng berbukit di Kalimantan. Pohon ini biasanya sebagai penyusun lapisan tajuk tengah yang tumbuh di naungan kanopi hutan. Pengembangbiakkan diambil dari biji, tertanam di tanah, muncul tunas lalu bertumbuh besar.



Buah ini bisa dikonsumsi manusia. Biasanya etnis Dayak Ngaju sering memakannya. Memiliki rasa manis, sangat berkhasiat buat kesehatan tubuh. “Orang bilang bisa memperlancar pencernaan kita, buang air besar lancar,” ungkap Ramlani.

Jenis lainnya yang serupa dengan itu ialah buah Kerantungan. Bahasa ilmiahnya, Durio Oxleyanus yang berasal dari suku Malvaceae. 

Pohon ini jika dibandingkan dengan pohon durian, jauh lebih tinggi. Ukuran pohon Kerantungan bisa mencapai 40 sampai 50 meter.

Karakteristik bentuk buah kerantungan ini berukuran diameter 10 sampai 15 centimeter. Kulitnya yang berduri memiliki panjang 3 sampai 4 centimeter. 

Sekilas mirip buah durian namun buah ini tidak mengelurkan aroma yang menyengat tetapi mengandung alkohol yang tinggi.

“Kalau kita belah buahnya, di dalamnya ada daging yang bisa kita makan. Dagingnya berwarna kuning mentega. Kalau dimakan menyentuh lidah kita, rasanya manis sekali,” ujar Ramlani.

Biasanya, pohon ini tumbuh di daerah hutan dipterokarpa yakni sebuah daratan yang berupa campuran dataran rendah dengan tanah berpasir yang sering tergenang air dari aliran sungai. Lokasi bisa ditemukan biasanya berada di ketinggian 640 meter dpl.

“Buahnya jatuh ke tanah bukan berarti sudah bisa dianggap matang. Kerantungan ini butuh beberapa hari untuk merekah setelah jatuh ke tanah dengan sendirinya,” katanya.

Penasaran ingin melihatnya seperti apa bentuk buah-buah ini, silakan datangi saja lokasi Kebun Raya Balikpapan yang berada di Jalan Sungai Wain, Karang Joang. 

Daya tempuhnya melalui jalur darat hanya membutuhan waktu sekitar 25 menit lebih, atau dari pusat Kota Balikpapan sekitar 20 kilometer.

Setiap pengunjung yang masuk ke Kebun Raya Balikpapan masih gratis tidak dipungut biaya, asalkan wajib tertib, jaga kebersihan dan tidak merusak semua benda yang ada di kebun raya.

Mengembalikan Keperawaan Biota Hutan
Sejarah eksistensi alam hutan di Balikpapan pernah mengalami pengalaman pahit. Satu di antaranya Hutan Lindung Sungai Wain, yang era beberapa tahun silam menjadi sasaran perusak hutan. 

Terkena pelampiasan hafa nafsu para pemburu biota hutan, sampai juga terkena keganasan jilatan si jago merah. Hutan rusak, banyak yang menyayangkan, rindu akan kembali ke suasana sebelumnya.   

Pagi hari, Tribun sambangi Kebun Raya Balikpapan, dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan Balikpapan, jaraknya berkisar 15 kilometer, Minggu 11 Maret 2018 pagi. 

Cuaca yang cerah memayungi perjalanan ke kebun ini, yang berada di alamat Jalan Sungai Wain, Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Selama menempuh jalur darat, melintasi jalanan aspal, tidak bertanah dan berbatu. Saat masuk ke area Jalan Sungai Wain, sepi kendaraan bermotor, daerah ini seakan tak mengenal macet arus lalu-lintas ketimbang dibandingkan di daerah kilometer 5, Jalan Soekarno-Hatta.



Begitu tiba di lokasi kebun raya, disambut taman mini yang menonjolkan patung bunga Kantung Semar, sebagai ikon khas Kalimantan. 

Nuansa taman rindang, tanaman tertata rapi, ada unsur air yang tertampung sebuah kolam menghilangkan rasa capek perjalanan. 
 
Tidak lama, masuk ke dalam kebun raya. Saat akan masuk ke kawasan ada sebuah pos dihuni dua orang penjaga menyapa dan menyambutnya secara ramah. Masuk ke dalam kebun raya ternyata belum dimintai tarif retribusi.

Setiap pengunjung bebas menikmati, masih gratis dengan syarat mematuhi aturan berlaku seperti menjaga kebersihan, sopan santun, dan tak merusak semua yang ada di dalam kebun raya. 

“Patuhi tata tertib, kalau melanggar bisa kami kenakan hukuman,” ujar sang security yang mengenakan seragam dinas hitam.

Tidak lama kemudian, ketika masuk ke dalam kawasan, atmosfir kebun raya sangat berbeda dengan di pusat kota. Kebun raya ini memberi ketentraman, serasa masuk dalam ruang pedesaan yang sehat, menyenangkan.

Angin bertiup sepoi-sepoi, dahan pohon yang tersapu angin ini memberikan suara irama alam. Hawa yang berhembus pun segar, memberikan ketentraman jiwa raga. 

Infrastruktur jalan di kebun raya mulus, nyaman aman untuk dilintasi. Rasa lelah selama perjalanan lunas terbayar dengan suguhan kebun raya yang penuh pesona dan mengesankan.  

Saat Tribun bersua dengan Trisno (42), Koordinator bidang Konservasi Kebun Raya Balikpapan, menuturkan, dahulunya Kebun Raya Balikpapan ini bukanlah sebuah kawasan kebun yang ditumbuhi beberapa pohon tanaman dan buah. Namun kala itu merupakan kawasan Hutan Lindung Sungai Wain.

Kondisi hutan lindung terancam dari beberapa bencana kerusakan, di antaranya akibat dari ulah manusia. “Ada yang mencoba berburu binatang. Ada yang mau lakukan pembalakkan liar. Sampai sekarang masih ada bekasnya, bekas tebangan-tebangan pohon ulin, menebang liar,” ujarnya.

Tidak hanya itu, pernah sekitar tahun 1997 dan tahun 1998, pernah mengalami kebakaran hebat. Hutan terbakar, asap putih pun mengebul ke berbagai arah, hampir selimuti seluruh Karang Joang, mengancam kawasan hutan lindung.

Dugaannya, ada kesengajaan dari beberapa pihak tertentu yang ingin melakukan perambahan hutan menjadi kawasan perkebunan atau pemukiman. 

Kerusakan hutan akibat terbakar sangat berat, hutan berkondisi kritis, banyak pohon-pohon lenyap terbakar, sudah berwajah buruk tak layak lagi disebut hutan belantara.

“Tidak mungkin kalau terbakar sendiri, pasti ada campur tangan manusia yang sengaja membakar. Bisa membuang puntung rokok sembarangan atau faktor lainnya. Sayangnya pelaku sampai sekarang belum tertangkap. Kami hanya berupaya selamatkan saja supaya tidak merembet kemana-mana,” ungkap Nono, panggilan akrab Trisno. 

Hutan berstatus parah, banyak warga Balikpapan yang sedih. Akhirnya, kata Nono, banyak yang mengusulkan hutan disulap menjadi kebun raya. 

Memulihkan kembali seperti semula sekaligus bisa menjadi simbol tekad dalam mempertahakan kelestarian alam Hutan Lindung Sungai Wain. Tak heran sekarang Kebun Raya Balikpapan ini bertetangga dekat dengan Hutan Lindung Sungai Wain.

Upaya mengembalikan keperawanan hutan didukung penuh pemerintah daerah dan pusat. Perjuangan menjadikan kebun raya pun dikabulkan, semua elemen setuju Balikpapan memiliki kebun raya yang kaya manfaat untuk semua lintas generasi.

“Bisa jadi wisata edukasi, penelitian, wisata keluarga, dan banyak lagi manfaatnya. Balikpapan bisa bangga dikenal sebagai kota yang mendukung pelestarian alam. Balikpapan ikut berperan menjaga bumi dari kerusakan,” kata Nono, pria kelahiran Samboja ini.

Senada disampaikan Ramlani, Koordinator Informasi Kebun Raya Balikpapan, menjelaskan, usulan pemantapan menjadikan kawasan kebun raya dilangsungkan sekitar tahun 2000. 

Lanjut di tahun 2005, perjuangan tak sia-sia, pemerintah pusat melalui Kementrian Kehutanan Republik Indonesia mendukung penuh, secara resmi setuju disulap sebagai kebun raya.

Berlanjut di tahun 2008, melakukan penataan secara maksimal, layaknya kebun raya yang sesungguhnya. 

“Dibuat penataan. Yang sempat rusak dipulihkan. Ditambah lagi berbagai infrastruktur untuk menunjang kenyamanan pengunjung. Dibuat rumah lamin, gazebo, jalanan,” urai Lani di beranda Rumah Lamin Kebun Raya Balikpapan.

Begitu dinyatakan rampung, barulah di tahun 20014 Kebun Raya Balikpapan diresmikan secara langsung pemerintah provinsi yang saat itu dihadiri langsung Gubernur Kalimantan Timur, Awang Farouk.

Hingga kini, tahun terus bergulir, Kebun Raya Balikpapan terus berusaha menjadikan alam raya yang terbaik. Buat kebanggan warga Balikpapan. 

Menurut Lani, entah sampai kapan kebun raya ini mencapai masa puncak. Kebun Raya Bogor yang sudah berusia 200 tahun lebih saja belum menyatakan diri sebagai kebun raya yang sudah berada di puncak lestari.

“Sebenarnya kami masih banyak perbaikan, belum bisa dibandingkan seperti di Kebun Raya Bogor. Kami menggangap masih banyak kekurangan, masih butuh dukungan dari berbagai pihak untuk mengengembangkan dan memajukan Kebun Raya Balikpapan,” tutur Lani, pria kelahiran Balikpapan ini.[1] ( )

Foto-foto lokasi Kebun Raya Balikpapan Kalimantan Timur hasil karya Jongfajar Kelana Maret 2018.




[1] Koran Tribunkaltim, “Kebun Raya Balikpapan sebagai Penyelamat Tanaman Langka,” terbit pada Senin 12 Maret 2018 di halaman 6, rubrik Tribun Balikpapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng