Langsung ke konten utama

KOLEKSI LANGKA KEBUN RAYA BALIKPAPAN KARANG JOANG

Suguhkan Ulin yang Bertumbuh Liar Berusia 200 Tahun


Ragam kekayaan tanaman kayu yang dimiliki Kebun Raya Balikpapan sangat mengagumkan. Tanaman khas bumi borneo tersimpan apik, memberikan gambaran kisah nyata sebuah kehidupan flora masa lalu yang pernah ada. Keberadaanya sekarang, ibarat sebagai tanaman yang melegenda. Inilah tanaman Ulin.

Kicau burung meramaikan siang Kebun Raya Balikpapan. Rindang hijau mengental pada kawasan Kebun Raya Balikpapan. Kawasan konservasi dan wisata alam ini suguhkan koleksi pohon Ulin yang mulai langka dan sudah berusia lama.

Ketika itu bersua dengan Trisno, Koordinator bidang Konservasi Kebun Raya Balikpapan, mengungkapkan, ada satu buah pohon ulin yang masih eksis sudah berusia sekitar dua ratus tahun lebih dengan diameter batang pohon dua meter.




Pohon ulin ini merupakan penghuni asli di Kebun Raya Balikpapan. Dahulunya sebelum menjadi Kebun Raya Balikpapan lahannya adalah kawasan hutan lindung Sungai Wain yang mengalami degradasi akibat beberapa oknum serakah, hutan nyaris dirambah, diburu dan dirusak manusia.

“Pohon ulin ini masih membekas ada sisa perusakan. Ada yang coba untuk menebang. Tanaman ini tumbuh sendiri disini, bukan ditanam sengaja,” katanya sambil menunjukkan keberadaan pohon ulin pada Minggu 11 April 2018.

Sekarang ini, pohon ulin ini telah menjadi ikon Kebun Raya Balikpapan. Pohon ulin yang paling tertua yang ada di Kebun Raya Balikpapan, ibarat manusia dianggap lansia. Namun menurut dia, pohon ulin bisa hidup sampai ratusan bahkan ribuan tahun.    




Letak pohon ulin ini tidak jauh dari pintu gerbang Kebun Raya Balikpapan, jaraknya sekitar 300 meter bila ditempuh dengan berjalan kaki. Kondisi pohon ulin ini berkondisi baik, hidup di lokasi lahan tanah yang sedikit berlereng.

“Sekarang terjaga. Sudah jadi bagian keluarga Kebun Raya Balikpapan tidak akan ada yang ganggu merusak, apalagi untuk dipotong,” ungkapnya.

Menurut Trisno, ciri tanaman ulin hidup di daerah yang berlereng dekat dengan anak-anak sungai. Tanaman ulin sangat membutuhkan banyak air, tidak heran keberadaanya sangat familiar dengan alam yang berdekatan dengan anak sungai.

Ulin yang hidup di Kebun Raya Balikpapan ini dekat dengan anak sungai Wain. Jaraknya ke anak sungai Wain sekitar 200 meter, sementara ke arah Sungai Wain berjarak dua kilometer.

“Akarnya sangat kuat, walau hidup di lahan kemiringan tidak akan pernah ambruk. Selama ini belum pernah ada kejadian ulin ambruk karena angin atau longsor,” ujarnya.


Upaya perawatan tanaman ulin ini dilakukan secara intens. Apalagi saat terjadi musim kemarau, untuk mengindari kerawanan kebakaran, tanaman ulin ini dibersihkan di bagian pinggir batangnya.

“Jarak tiga meter dari batang pohon kami bersihkan dari ranting-ranting dan daun kering. Hindari kebakaran. Musim kemarau rawan kebakar dari ranting dan daun. Kalau sudah kebakar akan merembet ke batang pohon. Bahaya nanti,” ungkapnya.  

Pohon ulin yang tertancap pada bumi Kebun Raya Balikapapan secara maksimal dirawat. Tanaman ulin ini menjadi kebanggan masyarakat Kota Balikpapan. Sampai sekarang pohon ulin itu sudah langka bila ingin melihat harus pergi jauh ke hutan pedalaman.

Namun, tambah Trisno, dengan adanya Kebun Raya Balikpapan, warga dunia bisa melihat secara mudah tidak harus berjuang masuk ke hutan belantara untuk melihat secara langsung bentuk wujud nyata ulin yang sudah berusia ratusan tahun ini.

“Banyak sudah yang berkunjung kesini untuk melihat secara langsung, atau melakukan penelitian terhadap tanaman ulin. Datang kesini, siapa saja bisa lihat, yang penting jangan malam hari, kebun sudah tutup,” ungkap Trisno.

Mengunjungi Kebun Raya Balikpapan ini sangat mudah, tidak jauh dari pusat Kota Balikpapan, hanya berkisar 17 kilometer. 

Letak geografis kebun raya ini berada di Jalan Sungai Wain, Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan. Infrastruktur jalannya sudah beraspal, mudah ditempuh dengan kendaraan bermotor.[1] (ilo)


[1] Koran Tribunkaltim terbit Sabtu 31 Maret 2018 di rubrik Balikpapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng