Langsung ke konten utama

MENANAM POHON TANPA MEMERLUKAN LAHAN

 Menanam Pohon Tanpa Memerlukan Lahan 
Oleh: Yesi Hendriani Supartoyo 
Alumni Sosek Agribisnis Fakultas Pertanian Unsrat

MEMILIKI taman indah ditumbuhi warna-warni bunga, pepohonan rindang menghijau dan berbuah dipekarangan rumah adalah keinginan semua orang. Tetapi bagaimana jika lahan yang dimiliki terbatas.

Misalkan lokasi kediaman berada di lorong sempit, tanpa ada tersisa tanah kosong sudah habis terpakai pembangunan gedung beton, ini bukanlah persoalan pelik karena kini telah ada alternatif selesaikan problem ini dengan memakai teori vertikultur.

Secara bahasa vertikultur diambil dari kata vertical dan culture. Tetapi definisi keilmuan bidang pertanian, vertikultur adalah sistem budi daya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat.

FOTO: Pohon rindang di depan rumah seorang warga di Girian Bawah  sengaja
di penggal habis hingga tak lagi menghijau_budisusilo tribunmanado

Sistem ini cocok diterapkan di lahan-lahan sempit atau di pemukiman yang telah padat seperti kawasan perkampungan warga Boulevard Kota Manado di Jalan Piere Tendean atau lokasi pemukiman yang berada dibilangan Jalan Sam Ratulangi.

Orang sering menyebut vertikultur itu sistem tanam di dalam pot yang disusun atau dirakit secara horizontal serta vertikal atau bertingkat. Dan sistem inilah yang dianggap sangat cocok bagi mereka yang terkendala oleh keterbatasan lahan terbuka.

Ada ragam pilihan mengenai jenis tanaman sistem vertikultur. Di antaranya tanaman sayuran atau tanaman hias maupun herbal. Sebab itulah, ada hal yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur antara lain pot tempat tumbuh tanaman dapat menggunakan bahan bambu, paralon atau wadah barang bekas seperti ember plastik bekas cat.

Secara keuntungan, sistem pertanian vertikultur mampu berikan efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional.

Selanjutnya, penghematan pemakaian pupuk dan pestisida serta kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil dan dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.

Keuntungan lainnya, mempermudah pengawasan pemeliharaan tanaman. Dan ketika diberikan atap plastik akan memberikan keuntungan berupa mencegah kerusakan karena hujan, menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.

Namun dibalik keuntungan vertikultur terdapat kekurangan yaitu rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman adanya atap plastik.

Karena itu, sistem penyiraman harus berkelanjutan dan diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman.

Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus, misalnya di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok.

Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik dan gerabah.

Bentuk bangunan dapat dimodifikasi menurut kreativitas dan lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar.

Cara penanaman tergantung pada jenis tanamannya. Ada yang dapat ditanam langsung di wadah vertikultur, ada yang harus disemai dulu baru ditanam, dan ada yang harus disemai kemudian disapih dan baru ditanam di wadah.

Pesemaian dibutuhkan oleh tanaman yang berbiji kecil, misalnya sawi, kubis, tomat, cabai, terong, lobak, selada dan wortel. Untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan membutuhkan perawatan yang agak khusus, misalnya paprika, cabai hot beauty atau cabai keriting dan tomat buah dilakukan cara penanaman yang terakhir.

Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak, menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai kemasan tetrapak. Banyak tanaman bisa ditumbuhkan dengan teknik ini, tidak rusak juga. Untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman, bisa digunakan campuran tanah dengan kompos cacing dengan perbandingan 3 berbanding 1.

Pemeliharannya mudah, cukup dengan disemprot air. Dengan teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga misalnya mampu produksi sayuran organik secara mandiri dan mampu hasilkan tanaman herbal yang ditumbuhkan sendiri sesuai selera bertani anda.

Bagaimana mudah bukan terapkan pola vertikultur yang bergaya menanam secara berundak, vertikal. Ini lebih menghemat tanah, area, dan juga artistik. Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak menanam. Mari menanam, walau berbuat sederhana berarti telah turut  membantu selamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim yang ekstrim, mari bergerak perangi Global Warming ! salam cinta bumi untuk Indonesia dan dunia.

sumber:  http://manado.tribunnews.com/2011/12/06/menanam-pohon-tanpa-memakan-lahan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng