Tebar Cinta di Warga Wangurer Barat
Oleh: Sri Yuriza
PAGI itu awan mendung. Atmosfir cuaca buat ku dan sahabat jongers Jongfajar Klub saat itu memberikan kesan indah. Kebetulan pun waktu itu bertepatan dengan 27 Ramadhan, tepat umat Islam menjalankan ibadah puasa.
Begitu juga dengan jongers-jongers yang merasakan saat itu. Berjalan menjelajahi sebuah perkampungan, walau dalam keadaan puasa tak meruntuhkan semangat para generasi perubahan dalam menebarkan cintanya kepada rakyat yang membutuhkan.
Kesempatan itu kami para jongers buat kegiatan bertema Tebar Cinta. Program kegiatan yang dilakukan para jongers Jongfajar klub tentunya berbeda dengan gerakan komunitas anak muda pada umumnya.
Maklum saja, dibentuknya komunitas tersebut lebih untuk menumbuhkan rasa peduli ke publik atau istilahnya menjalani ruh Jongosrakyat. Apalagi sekarang ini tidak heran mayoritas kaum muda cenderung pada hal kemaksiatan, lebih mementingkan nafsu dunia.
Berangkat dari itulah Jongfajar pun ingin berbeda dengan menggelar Tebar Cinta yang membagikan bingkisan sembako kepada keluarga yang kurang mampu diperkampungan SMP Negeri 12 di Kelurahan Wangurer Barat.
Penjelajahan oleh para jongers yang terdiri dari delapan orang dibagi menjadi tiga tim. Letak perkampungan tepat dibawah kaki Gunung Dua Sudara Kota Bitung. Rasanya cukup menguras energi, apalagi dalam keadaan berpuasa. Niat yang baik pasti hasilnya akan baik pula. Itulah yang selalu menjadi motivasi buat kami.
Dalam jelajah kami pagi itu, terlihat sebuah rumah yang cukup memprihatinkan, Pak rahman dialah pemilik dan penghuni rumah bergubuk kayu. Pak Rahman yang menjadi salah satu target Tebar Cinta bertinggal bersama dengan dua istrinya. Pria itu sudah dikaruniai seorang anak dan seorang cucu.
Rumah yang bisa dibilang tidak masuk dalam kriteria rumah sehat, menjadi tempat berteduh mereka sekeluarga namun semua itu tetap disyukurinya.
Sementara kondisi istri pertamanya sedang mengalami sakit stroke selama 11 tahun. Berbeda dengan istri keduanya yang masih sehat dan selalu setia menemani dan membantu pak rahman dalam mengurus istri pertamanya yang sedang sakit.tinggal serumah dengan kedua istrinya namun bisa menjaga keakraban antar keduanya,patut diacungi jempol.
Bapak asli makasar ini bekerja sebagai tukang ojek dengan kendaraan motor milik orang lain.
”Dulu saya punya motor namun karena tiga bulan saya nunggak setoran,ditarik lagi sama dealer," ujar bapak saat itu.
Disamping mencari nafkah sebagai ojek, beliau juga berjualan air mineral kemasan dan permen di kawasan Pelabuhan Samudera Bitung, serta mengumpul kayu bakar yang sudah menjadi kegiatan kesehariannya. Karena keadaan ekonomi yang pas-pasan,sehingga untuk biaya pengobatan istrinya pun tidak mencukupi.
Ketika diberi bingkisan dari para jongers” senyuman terlihat dari wajah pak Rahman, rasa syukur langsung diucapkan olehnya, suasana yang cukup menyentuh batin ini.
Meski terlihat bahwa pak rahman pun berharap pemerintah setempat memberikan bantuan kepada keluarganya,terutama untuk pengobatan istri pertamanya.Karena selama 11 tahun istrinya sakit, dia tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah.Inilah potret kehidupan negeri ini, sungguh sangat memprihatinkan.
Ketika seluruh pejabat pemerintahan asyik duduk dikursi jabatan, dengan kekuasaan yang dia punya, melupakan tanggungjawabnya, sementara batin rakyat jelata memberontak, seolah ingin menghentikan permainan licik para kelompok birokrat penjilat, tapi apa daya rakyat hanya dipandang sebelah mata ”Habis Manis Sepah Dibuang.”
Ketika membutuhkan suara rakyat,maka semua kata-kata manispun keluar dari bibir mereka,setelah jadi penguasa lupa dengan janjinya,seolah hilang ingatan. Ya Tuhan sampai kapan Negeri ini akan seperti ini?, harapan itu masih ada, menjadi negeri yang damai dan tentram.
Begitu juga dengan jongers-jongers yang merasakan saat itu. Berjalan menjelajahi sebuah perkampungan, walau dalam keadaan puasa tak meruntuhkan semangat para generasi perubahan dalam menebarkan cintanya kepada rakyat yang membutuhkan.
Kesempatan itu kami para jongers buat kegiatan bertema Tebar Cinta. Program kegiatan yang dilakukan para jongers Jongfajar klub tentunya berbeda dengan gerakan komunitas anak muda pada umumnya.
Maklum saja, dibentuknya komunitas tersebut lebih untuk menumbuhkan rasa peduli ke publik atau istilahnya menjalani ruh Jongosrakyat. Apalagi sekarang ini tidak heran mayoritas kaum muda cenderung pada hal kemaksiatan, lebih mementingkan nafsu dunia.
Berangkat dari itulah Jongfajar pun ingin berbeda dengan menggelar Tebar Cinta yang membagikan bingkisan sembako kepada keluarga yang kurang mampu diperkampungan SMP Negeri 12 di Kelurahan Wangurer Barat.
Penjelajahan oleh para jongers yang terdiri dari delapan orang dibagi menjadi tiga tim. Letak perkampungan tepat dibawah kaki Gunung Dua Sudara Kota Bitung. Rasanya cukup menguras energi, apalagi dalam keadaan berpuasa. Niat yang baik pasti hasilnya akan baik pula. Itulah yang selalu menjadi motivasi buat kami.
Dalam jelajah kami pagi itu, terlihat sebuah rumah yang cukup memprihatinkan, Pak rahman dialah pemilik dan penghuni rumah bergubuk kayu. Pak Rahman yang menjadi salah satu target Tebar Cinta bertinggal bersama dengan dua istrinya. Pria itu sudah dikaruniai seorang anak dan seorang cucu.
Rumah yang bisa dibilang tidak masuk dalam kriteria rumah sehat, menjadi tempat berteduh mereka sekeluarga namun semua itu tetap disyukurinya.
Sementara kondisi istri pertamanya sedang mengalami sakit stroke selama 11 tahun. Berbeda dengan istri keduanya yang masih sehat dan selalu setia menemani dan membantu pak rahman dalam mengurus istri pertamanya yang sedang sakit.tinggal serumah dengan kedua istrinya namun bisa menjaga keakraban antar keduanya,patut diacungi jempol.
Bapak asli makasar ini bekerja sebagai tukang ojek dengan kendaraan motor milik orang lain.
”Dulu saya punya motor namun karena tiga bulan saya nunggak setoran,ditarik lagi sama dealer," ujar bapak saat itu.
Disamping mencari nafkah sebagai ojek, beliau juga berjualan air mineral kemasan dan permen di kawasan Pelabuhan Samudera Bitung, serta mengumpul kayu bakar yang sudah menjadi kegiatan kesehariannya. Karena keadaan ekonomi yang pas-pasan,sehingga untuk biaya pengobatan istrinya pun tidak mencukupi.
Ketika diberi bingkisan dari para jongers” senyuman terlihat dari wajah pak Rahman, rasa syukur langsung diucapkan olehnya, suasana yang cukup menyentuh batin ini.
Meski terlihat bahwa pak rahman pun berharap pemerintah setempat memberikan bantuan kepada keluarganya,terutama untuk pengobatan istri pertamanya.Karena selama 11 tahun istrinya sakit, dia tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah.Inilah potret kehidupan negeri ini, sungguh sangat memprihatinkan.
Ketika seluruh pejabat pemerintahan asyik duduk dikursi jabatan, dengan kekuasaan yang dia punya, melupakan tanggungjawabnya, sementara batin rakyat jelata memberontak, seolah ingin menghentikan permainan licik para kelompok birokrat penjilat, tapi apa daya rakyat hanya dipandang sebelah mata ”Habis Manis Sepah Dibuang.”
Ketika membutuhkan suara rakyat,maka semua kata-kata manispun keluar dari bibir mereka,setelah jadi penguasa lupa dengan janjinya,seolah hilang ingatan. Ya Tuhan sampai kapan Negeri ini akan seperti ini?, harapan itu masih ada, menjadi negeri yang damai dan tentram.
Komentar
Posting Komentar