Ngampus Cari Ilmu Apa Mau
Perguruan tinggi di Indonesia banyak meluluskan sarjana-sarjana, ada ratusanlah kalau dihitung. Dari di antara mereka para sarjana yang lulus, ada yang bernilai akademik cemerlang, angka-angka perolehannya mengagumkan. Pastinya, bisa buat geleng-geleng kepala, saking salutnya luar biasa.
Bangga juga, Indonesia masih bisa produksi sumber daya manusia yang berpendidikan seperti itu. Ya, itulah kondisi yang ada, tapi bagi pribadi Jong seorang, gelar sarjana masa bodo amat, baginya itu bukanlah persoalan yang mencekik kehidupan Jong. Memang dasar, rada-rada brengsek, Jong berkelakar.
"Ngampus dalami ilmu buat cari gelar, apa cuma sekedar buat kejar incar jabatan, naik pangkat. Kalau gak manfaat buat banyak orang, ngapain juga cuma buang-buang uang, waktu," katanya dengan disertai tawa ringan.
Pribadinya yang rock and roll, Jong tetap enjoy, walau tanpa ada gelar tinggi akademik institusi pendidikan tertentu. "Jalani aja hidup ini apa adanya. Mati tidak bawa nama gelar, tapi peran kebaikan kita di tengah masyarakat harus membekas," kata Jong dengan bijaknya.
Kala matahari naik sepenggal, Jong pun masih tetap santai duduk di bangku kursi panjang pelataran kosannya, sejak waktu Subuh. Ditemani segelas kopi ukuran sedang, sambil sesekali meneguk kopi buatannya, ia coba memacu daya ingatnya kembali. "Hemmm, apa ya, oh ya, baru ingat saya," katanya, sambil membusungkan dadanya penuh kegirangan.
Ia baru saja ingat akan pengetahuan yang ia pernah ketahui dari media cetak Indonesia tentang tantangan kehidupan negara ke depan. Membatin, Jong berkata, "Aku pernah membaca media massa di koran harian, diramalkan tahun 2050 ada banyak problem," ujarnya, menceritakan kembali apa yang Jong pernah baca.
Masalah apa Jong ?, bikin penasaran saja. Ya, katanya Jong, itu persoalan ritme kehidupan yang dijalani setiap manusia, di alam bumi ini. "Yang tentunya masalah yang dihadapi manusia," tandasnya. Jadi begini ceritanya, di tahun 2050 nanti, penduduk dunia akan sentuh angka 9 milar orang. Berbagai badai persoalan akan mendera, seperti kekurangan pangan, air bersih, krisis energi, ancaman penyakit, serta kerusakan hutan.
"Kira-kira kita mampu tidak ya, menghadapinya. Ah, tidak usah risau, kan kita punya banyak sarjana-sarjana yang berilmu tinggi. Pasti deh, mereka punya kreativitas dan gebrakan inovasi," gampangnya Jong. (bersambung)
Komentar
Posting Komentar