Langsung ke konten utama

CerpenBung 3

Berdagang Jujur

Tidak banyak dialami pemuda lainnya, Jong menekuni jenis profesi sebagai seorang marketing, kalau bahasa kaki limanya disebut pedagang lah. Asal itu halal, ia melakoninya sampai titik darah penghabisan. Itulah dia, ditanya apa pekerjaan formalnya, pasti Jong bingung juga menjawabnya.
“Bukan pegawai negeri sipil, dari dulu gak minat. Kebentur ijasah rendah, cuma lulus sampai sekolah dasar. Yang penting bisa baca, gak masalah sih,” optimis Jong.  

Jenis kategori pekerjaan yang digeluti Jong itu adalah profesi yang tidak semua orang mau melakoninya, mungkin karena resiko besar dan syarat bertindaknya itu harus mampu habis-habisan bertempur, berani banting-tulang.
“Dagang apa saja, yang penting halal, tidak rugikan banyak orang. Itulah hidup, jangan cuma berani mati, tapi juga harus super berani untuk hidup, berjuang dan berjuang,” imbuh Jong.

Sekali lagi, pekerjaan Jong adalah pedagang, kalau bahasa negara tetangga, tempat lahirnya pangeran Charles, Inggris, dinamakan enterprenuer. Bila bicara di Indonesia, menjadi pedagang itu masih rendah presentasenya, ketimbang di negara seperti Malaysia, Singapura, apalagi Inggris dan Amerika Serikat.
Hitung-hitungan angka, jumlah pengusaha di Indonesia masih di bawah tiga persen, idealnya kalau menurut ahli ekonomi itu, tiap negara harus memiliki total lima persen pengusaha.
“Kebanyakan pengusaha orang Indonesia lari ke negara tetangga seperti Singapura. Habisnya kalau mau dagang di Indonesia berbelit-belit, banyak pungutan liar, tidak heran banyak berita di mediamassa tentang korupsi,” keluhnya.

Syaratnya jadi pedagang apa sih Jong, susah ya ?, dengan lugas ia beberkan pedagang  ala Jong. “Syaratnya sangat mudah kalau sebatas hanya keluar di mulut, tapi susahnya itu, melakukannya di alam realitas,” tuturnya dengan jawaban yang masih misteri.

Lalu maksudnya, belum paham betul, semua itu apa artinya Jong. Jadi begini, jelas Jong, berdagang itu modal terpenting dan utama adalah jujur. “Ya kejujuran. Kita harus menjual jujur, biar orang semua percaya apa yang kita tawarkan,” katanya.

Apa betul begitu. “Ya tentu, ini dijamin,” tegasnya. Konsumen itu sebenarnya tidak melihat sisi harga, apalagi segi kualitas. Konsumen itu akan melihat komitmen yang berangkat dari kejujuran. “Dijamin konsumen akan puas, betah terus memakai apa yang kita tawarkan,” ungkapnya.
Bagaimana mungkin kalau harga murah, kualitas bagus, tapi tanpa ada rasa jujur, mustahil akan hasilnya baik. “Bilangnya bagus, berkualitas, ternyata masa awet barang tidak lama, tidak dijelaskan kalau tidak ada garansi, jaminan barang. Nah loh, celaka kan,” selorohnya.

Bagi jong, menjadi pedagang bukanlah tanpa alasan. Sederhana saja, tuturnya, berdagang itu cara bagian untuk pertahankan hidup, ekses menjadi kaya raya itu perijinan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kalau memang nanti Tuhan ijinkan, jangan sampai lupa bagi-bagi ke mereka yang berhak memerlukannya, karena setiap harta orang itu, pasti ada milik hak orang lain yang membutuhkannya.

“Keluarga ku bukan keluarga yang mengejar kemewahan hidup. Bukan hanya ayahku saja yang berprinsip demikian, namun juga ibuku. Aku sudah cukup hidup begini. Yang diharapkan hanyalah mengejar nama baik, bertekad berbuat baik,” ujar Jong dengan bijaknya. (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAYJEN TNI SONHADJI INGIN MENGAJAR

Menekuni Profesi Dosen Lemhanas Pagi yang cerah, menjadi tanda pembuka sejarah baru bagi Kodam VI Mulawarman. Markas Kodam yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman Kota Balikpapan ini kedatangan sosok pria gagah yang digadang-gadangkan menjadi Panglima Kodam Mulawarman yang bakal menggantikan Mayjen TNI Sonhadji.   Menyambut kedatangan calon Pangdam tersebut, sejumlah prajurit dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kodam Mulawarman menyelenggarakan seremonial barisan pedang pora dengan iringan musikalitas marching band persembahan Yonzipur 17 Ananta Dharma, Selasa 20 Maret 2018. Calon pangdam yang tiba dimaksud ialah Mayjen TNI S ubiyanto, datang bersama istri ke Kota Balikpapan. Sebelum tiba di Makodam Mulawarman, keduanya telah melakukan ritual tepung tawar di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan sebagai makna telah menjadi bagian dari masyarakat Kalimantan Timur.   Dipayungi awan cerah dengan berbalutkan sinar fajar, keramaian di pelatar

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d

DEMI PENGUNGSI NURLELA RELA PUNGUT SAMPAH

Demi Pengungsi Nurlela Rela Pungut Sampah Menjelang sore, cuaca bersahabat. Belasan muda-mudi berkumpul di Kelurahan Danowudu Lingkungan Satu. Remaja yang tergabung dalam Jongfajarklub memanfaatkan waktu ini untuk melaksanakan program Go Green penukaran sampah plastik menjadi uang, untuk serangkaian kegiatan sosial satu di antaranya pengungsi, Sabtu (8/10/2011). Seorang aktivis Jongfajar, Diki Rustam, menuturkan, kegiatan Go Green mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas gelas dan botol plastik air mineral. "Kami pungut demi lingkungan bersih," ujarnya kepada Tribun Manado. Teknis kegiatan Go Green yang dilakukan Jongfajar mengumpulkan sampah-sampah di Kota Bitung dan ditampung di Girian Bawah. Sampah dibawa oleh para relawan jongers dari tempat-tempat wilayah rawan sampah. Sudah terkumpul banyak ditukarkan ke bank sampah menjadi uang. "Buat tambahan pembiayaan program pemberantasan buta aksara di masyarakat secara gratis yang kami akan lakukan di warga peng