Berdagang Jujur
Tidak banyak dialami pemuda lainnya, Jong menekuni jenis profesi sebagai seorang marketing, kalau bahasa kaki limanya disebut pedagang lah. Asal itu halal, ia melakoninya sampai titik darah penghabisan. Itulah dia, ditanya apa pekerjaan formalnya, pasti Jong bingung juga menjawabnya.
“Bukan pegawai negeri sipil, dari dulu gak minat. Kebentur ijasah rendah, cuma lulus sampai sekolah dasar. Yang penting bisa baca, gak masalah sih,” optimis Jong.
Jenis kategori pekerjaan yang digeluti Jong itu adalah profesi yang tidak semua orang mau melakoninya, mungkin karena resiko besar dan syarat bertindaknya itu harus mampu habis-habisan bertempur, berani banting-tulang.
“Dagang apa saja, yang penting halal, tidak rugikan banyak orang. Itulah hidup, jangan cuma berani mati, tapi juga harus super berani untuk hidup, berjuang dan berjuang,” imbuh Jong.
Sekali lagi, pekerjaan Jong adalah pedagang, kalau bahasa negara tetangga, tempat lahirnya pangeran Charles, Inggris, dinamakan enterprenuer. Bila bicara di Indonesia, menjadi pedagang itu masih rendah presentasenya, ketimbang di negara seperti Malaysia, Singapura, apalagi Inggris dan Amerika Serikat.
Hitung-hitungan angka, jumlah pengusaha di Indonesia masih di bawah tiga persen, idealnya kalau menurut ahli ekonomi itu, tiap negara harus memiliki total lima persen pengusaha.
“Kebanyakan pengusaha orang Indonesia lari ke negara tetangga seperti Singapura. Habisnya kalau mau dagang di Indonesia berbelit-belit, banyak pungutan liar, tidak heran banyak berita di mediamassa tentang korupsi,” keluhnya.
Syaratnya jadi pedagang apa sih Jong, susah ya ?, dengan lugas ia beberkan pedagang ala Jong. “Syaratnya sangat mudah kalau sebatas hanya keluar di mulut, tapi susahnya itu, melakukannya di alam realitas,” tuturnya dengan jawaban yang masih misteri.
Lalu maksudnya, belum paham betul, semua itu apa artinya Jong. Jadi begini, jelas Jong, berdagang itu modal terpenting dan utama adalah jujur. “Ya kejujuran. Kita harus menjual jujur, biar orang semua percaya apa yang kita tawarkan,” katanya.
Apa betul begitu. “Ya tentu, ini dijamin,” tegasnya. Konsumen itu sebenarnya tidak melihat sisi harga, apalagi segi kualitas. Konsumen itu akan melihat komitmen yang berangkat dari kejujuran. “Dijamin konsumen akan puas, betah terus memakai apa yang kita tawarkan,” ungkapnya.
Bagaimana mungkin kalau harga murah, kualitas bagus, tapi tanpa ada rasa jujur, mustahil akan hasilnya baik. “Bilangnya bagus, berkualitas, ternyata masa awet barang tidak lama, tidak dijelaskan kalau tidak ada garansi, jaminan barang. Nah loh, celaka kan,” selorohnya.
Bagi jong, menjadi pedagang bukanlah tanpa alasan. Sederhana saja, tuturnya, berdagang itu cara bagian untuk pertahankan hidup, ekses menjadi kaya raya itu perijinan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kalau memang nanti Tuhan ijinkan, jangan sampai lupa bagi-bagi ke mereka yang berhak memerlukannya, karena setiap harta orang itu, pasti ada milik hak orang lain yang membutuhkannya.
“Keluarga ku bukan keluarga yang mengejar kemewahan hidup. Bukan hanya ayahku saja yang berprinsip demikian, namun juga ibuku. Aku sudah cukup hidup begini. Yang diharapkan hanyalah mengejar nama baik, bertekad berbuat baik,” ujar Jong dengan bijaknya. (bersambung)
Komentar
Posting Komentar