Langsung ke konten utama

ERA DEPOSITO BERAKHIR ?

Era Deposito Berakhir ?

Bank Sentral Agresif Turunkan Suku Bunga
Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS menurunkan suku bunga penjaminan untuk bank umum dari 6,5 persen menjadi 6,0 persen. Penurunan ini dilakukan setelah turunnya suku bunga acuan atau BI Rate dari 6,0 persen menjadi 5,75 persen oleh bank sentral (BI) pada 9 Februari 2012.

DIREKTUR Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS, Salusra, dalam keterangan pers di Jakarta, Senin awal pekan, menyebutkan, ketetapan suku bunga penjaminan untuk bank umum itu diputuskan dalam rapat Dewan Komisioner LPS dan berlaku mulai 14 Februari 2012 sampai dengan 14 Mei 2012.

FOTO: Pedagang sayur-mayur di pasar Bersahati Manado_budisusilo tribunmanado

Sementara untuk suku bunga dana masyarakat yang dijamin pemerintah di bank umum dalam valuta asing juga diturunkan dari 1,5 persen menjadi 1,25 persen. Untuk suku bunga dana masyarakat di bank perkreditan rakyat (BPR) diputuskan 8,5 persen atau turun 1 persen dari 9,5 persen.

Apabila tingkat bunga simpanan (deposito) yang diperjanjikan antara bank dan nasabah penyimpan melebihi tingkat bunga yang wajar tersebut, maka simpanan nasabah dimaksud menjadi tidak dijamin.

PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Wilayah Manado menyambut baik adanya penurunan BI rate dari 6 menjadi 5,75 persen. Adanya penurunan suku bunga ini, tentunya pinjaman dari nasabahnya akan mudah mengembalikan.

"Kita menyambut baik. Di BRI bila acuan suku bunga turun kita pasti ikut turun hanya tidak bisa serta-merta dengan deposito yang sudah terlanjur dalam jangka waktu yang lama (nasabah lama). Kalau yang baru suku bunga pinjaman kita pasti menyesuaikannya, karena ini berhubungan dengan pinjaman," kata Pimpinan BRI Kantor Wilayah Manado, Tri Wintarto, saat ditemui Tribun Manado di Ruang Kerjanya, Kamis (16/2).

Tri menjelaskan, BRI ikut menyesuaikan penurunan suku bunga saat BI rate telah turun, namun bagi nasabah yang sudah lama suku bunganya tidak ikut turun tetap menggunakan suku bunga yang lama. Kecuali bagi nasabah yang baru bisa menyesuaikan suku bunganya dengan BI rate yang baru turun.

"Ada dua yang berbeda, simpanan dan pinjaman. Kalau simpanan kan begitu BI rate turun kita langsung memasang di counter bunga turun, tapi yang sudah lama tidak ikut turun. Itu kredit mengikuti yang sudah lama karena sudah terlanjur dananya panjang," ujarnya.

Menurutnya suku bunga dasar kredit (SBDK) BRI sudah cukup rendah seperti untuk suku bunga korporasi sudah 10,01 persen, riteil 12,29 persen, KPR bunganya 10,84 persen, dan non- KPR 12,64  persen sudah mengalami penurunan bila dibandingkan yang sebelumnya. Namun SBDK ini belum mengikuti yang terbaru dan ia memperkirakan suku bunga nantinya bisa di bawah 10 persen.

"Sebenarnya, bagi bank sendiri, juga gak kepingin bunganya juga tinggi, kenapa? karena bunga tinggi juga risiko terdapat kredit macet. Dengan bunga turun seperti ini, bank senang sekali, ini yang diharapkan dari bank, karena bila bunga rendah, pengusaha akan mudah membayarnya," ucap Tri.

Ia menambahkan, bila masyarakat beranggapan bunga tinggi bank senang, justru sangat keliru, sebab dengan adanya bunga tinggi justru risiko bagi bank juga tinggi. Hanya sebelumnya, acuan BI rate juga tinggi sehingga perbankan juga tidak memasang di bawahnya BI karena bisa beralih ke bank lain.

"Jadi bila masyarakat menganggap bank senang dengan bunga tinggi justru keliru. Karena tadi, bukan masalah bunga, bagi bank kan selisihnya saja, selisih pinjaman dan simpanan saja," tuturnya.

Bukan hanya BRI saja, PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk Wilayah Manado juga sudah melakukan hal yang sama. BNI bahkan sudah ikut menyesuaikan penurunan suku bunga sejak Selasa 14 Februari.

"BNI sudah menurunkan suku bunganya yang berlaku berlaku sejak tanggal 14 Februari kemarin. Dalam sistem penetapan bunga di Bank BNI, seperti pada umumnya di dunia perbankan akan selalu searah dengan kebijakan moneter dan perkembangan pasar," kata CEO BNI Wilayah Manado, Emil Ermidra Tandjung.

Emil menambahkan, BNI sebagai bank komersial akan selalu mendukung program pembangunan pemerintah dan menyesuaikan bunga simpanan serta pinjaman mengikuti perkembangan pasar. Selain itu, kebijakan penurunan LPS rate (suku bunga penjamin) ini akan berdampak positif dalam mendorong pertumbuhan kredit.

"Akhirnya akan mendorong pertumbuhan sektor riil, pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi. Kebijakan bunga merupakan kebijakan ALCO pusat," ucap Emil. 

Gairahkan Ekonomi !
PEMIMPIN BI Manado, Ramlan Ginting, memberikan imbauan kepada para perbankan untuk ikut menyusuaikan penurunan suku bunga. Hal ini tentunya banyak memberikan manfaat bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah dalam menggairahkan sektor ekonomi Sulut.

"Diharapkan perbankan juga ikut menyesuaikan suku bunga kredit dengan penurunan BI rate. Namun juga tidak bisa memaksa tetapi mengimbau supaya turun suku bunga kredit," kata Ramlan pada Tribun Manado, Kamis kemarin.

Menurutnya, penurunan suku bunga kredit dari perbankan, tentunya akan sangat membantu para pelaku UMKM. Hal ini menyebabkan peredaran uang di Sulut makin meningkat dan perekonomian terus bergairah. "Makin banyak orang dapat kredit bisnis juga akan semakin berputar," ujarnya. 

Ramlan menambahkan tiap bank melakukan perhitungan cost of fund (biaya menghimpun simpanan) dari pihak ketiga ditambah dengan margin sehingga bisa diketahui berapa suku bunga. 

Kebijakan Stimulus 
LANGKAH penurunan bunga kredit mencakup tiga hal. Hal ini yang dikemukakan oleh Perry Warjiyo
Direktur Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter BI,  yang pertama menurunkan BI rate. Langkah ini sudah dilakukan BI yang dalam enam bulan terakhir telah memangkas BI rate sebanyak 100 bps menjadi 5,75 persen.

Turunnya BI rate diharapkan diikuti penurunan suku bunga dana (cost of fund). Cost of fund merupakan biaya untuk menghimpun simpanan setelah ditambah cadangan wajib yang ditentukan oleh pemerintah. Suku bunga yang dikeluarkan LPS menjadi tolok ukur perbankan dalam memberikan bunga simpanan/deposito.

Kemarin, mengikuti penurunan BI rate, LPS menurunkan bunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah sebesar 50 bps menjadi 6 persen. Angka ini masih lebih tinggi 25 bps dibandingkan level BI rate sebesar 5,75 persen. Terakhir, penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK).

Sebagaimana diketahui, komponen SBDK terdiri dari cost of fund, overhead cost, dan profit margin. Nah, komponen SBDK tersebut ditambahkan dengan premi risiko akan menghasilkan suku bunga pinjaman (lending rate).

BI telah meminta industri perbankan tahun ini memasukkan target penurunan SBDK di dalam Rencana Bisnis Bank 2012. Pembahasan RBB per bank sudah final. Kesimpulan dari RBB 2012 pada Maret.

Stimulus mendorong pertumbuhan ekonomi bukan hanya dari segi moneter dan fiskal. Perbankan pun diharapkan ikut serta dengan tetap mempertimbangkan aspek prudensial.

Bank Harus Menyesuaikan 
PENGAMAT ekonomi dan pasar modal di Manado menyambut positif penurunan BI rate. Pengamat ekonomi Manado, Stanly Alexander, mengatakan perbankan seharusnya bisa ikut menyusaikan suku bunganya dengan adanya penurunan BI rate menjadi 5,75 persen ini.

"Idealnya BI juga ikut meminta kepada perbankan untuk segera menurunkan suku bunganya, tetapi perbankan dalam menurunkan suku bunganya juga menyusuaikan sesuai dengan dana yang diterima dari masyarakat," kata Stanly pada Tribun Manado, Kamis kemarin.

Ia menambahkan penurunan suku bunga ini sangat baik dan tujuannya untuk lebih menggairahkan investasi dan sektor riil. Apalagi saat ini kondisi perekonomian Indonesia cukup baik dan stabil. Begitu pula dengan kurs rupiah terhadap dolar masih tetap stabil.

Hal yang sama dikemukakan dengan Pengamat Pasar Modal Manado, Daniel Kurniadi G. Menurutnya, kebijakan dari bank sentral dalam menurunkan suku bunga sangat baik. Penurunan tersebut, katanya, sangat membantu pemerintah dalam menggairahkan roda ekonomi Indonesia.

"Ini menunjukan kondisi ekonomi Indonesia membaik karena beberapa bank sentral Asia maupun Eropa tidak bisa menaikan dan menurunkan suku bunganya," ujarnya.

Dari segi pasar modal, menurut Daniel, penurunan BI rate tersebut menunjukan dana yang kebanyak tersimpan di perbankan sebagian akan beralih ke pasar modal. Sehingga sebagian investasi tidak selamanya terparkir di bank.

Agus Tony Poputra, pengamat ekonomi, menuturkan kebijakan penurunan suku bunga oleh BI sebanyak 25 basis poin perlu jadi peringatan bagi perbankan.

"Acuan suku bunga harus dibarengi pula batasan aturan maksimal penentuan suku bunga deposito," ujarnya.
Jangan sampai kalau ini tetap dibiarkan, maka penurunan suku bunga bank yang dilakukan Bank Indonesia tidak ada fungsinya. "Bank tidak ada yang ingin turunkan suku bunga," katanya.
Sumber: Tribun Manado Jumat 17 Februari 2012 dan Kompas.com

Pergerakan BI Rate (%):
* 9 Feb 2012 - 5,75
* 12 Jan 2012 - 6,00
* 11 Okt 2011    - 6,50
* 4 Feb 2011 - 6,75
* 5 Jan 2011 - 6.50
* 3 Juli 2009 -    6.75
* 3 Juni 2009 - 7.00
* 5 Mei 2009 - 7.25
* 3 April 2009 - 7.50
* 4 Maret 2009 - 7.75
* 4 Feb 2009 - 8.25   
* 7 Jan 2009 - 8.75
* 4 Des 2008 - 9.25
* 6 Nov 2008 - 9.50
* 4 Sept 2008    - 9.25
* 5 Agust 2008 - 9.00
sumber: www.bi.go.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATAL BELI RUMAH BDS III KARENA KECEWA

  Properti Forest Hills Bukit Damai Sentosa 3 Mencari hunian di Kota Balikpapan Kalimantan Timur bisa dibilang susah susah gampang. Seandainya memiliki modal uang banyak, sangat mudah mencari hunian idaman sesuai yang didambakan. Namun kalau uang pas, pasti akan mencari keliling setengah mati. Harga properti di Kota Balikpapan bisa dibilang termahal dibandingkan dengan di daerah seperti Sulawesi Utara dan tanah jawa. Waktu itu, sempat mendatangi Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Karang Jati di Jalan Ahmad Yani Kota Balikpapan. Mendatangi kantor ini bertemu Kepala Cabang BTN, Oktavianus. Saya ingat pertemuan sekitar awal Agustus 2017 siang. Dimulai dari orang inilah, saya diperkenalkan produk properti bernama Cluster Forest Hills Bukit Damai Sentosa (BDS) III yang membawa slogan hunian nyaman di tengah Kota Balikpapan. Berbekal brosur, Oktavianus mengenalkan kredit rumah yang menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Harga rumah Rp 300 jutaan, memakai BPJS Ketenagaker...

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d...

GUEST HOUSE VERSUS HOTEL

Guest House Mengancam Bisnis Hotel Menjamurnya guest house diberbagai tempat pusat perkotaan Balikpapan dianggap sebagai ancaman bisnis perhotelan non bintang dan berbintang. Keberadaan Guest House yang berdiri di Kota Balikpapan ubahnya menawarkan jasa penginapan layaknya perhotelan. Saat dikonfirmasi, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia Yulidar Gani, mengatakan, eksistensi Guest House di Balikpapan tidak ubahnya mirip dengan operasional yang dijalankan oleh perhotelan. Segi pelayanan dan operasional mirip dengan hotel. “Menerapkan tarif harian, bukan lagi bulanan. Fasilitas mungkin standar tetapi pelayanannya bisa dikatakan hampir mirip dengan hotel. Ini berdampak buat kami pelaku usaha hotel, okupansi tambah menurun di saat situasi ekonomi masih minus,” ujarnya pada Jumat 16 Maret 2018, melalui sambungan telepon seluler. Dia menegaskan, posisi guest house itu seharusnya tidak menerapkan harian. Segementasi pasarnya pun jelas, hanya dikhususkan bagi k...