Langsung ke konten utama

TERSANDUNG SAMPAH MEDIS


Tersandung Sampah Medis

Asmuni berlari kencang menunggang kijang di daratan pasir pantai Planet Pluto. Kedua bola mata kijang sorot ke depan secara tajam, tanpa berkedip sekalipun debu pasir pantai berterbangan mengenai kelopak matanya.

Asmuni duduk enak, hanya bermodalkan mulut memberikan semangat kepada sang Kijan untuk terus menorobos angin, meluncur cepat tiada lelah. “Ayo lari Kijang ku. Ayo lari, kejar jangan berhenti. Semangat!.”

Tiada disangka, begitu berlari di jarak 100 meter dari tempat pintu masuk pantai, sang Kijang terjungkal. Kaki depannya terkilir, nyungsep. Asmuni pun ikut terpental jauh, bergaya salto. Jatuh ke pasir pantai, Asmuni merintih kesakitan. Semprul !


Begitu mencium pasir pantai, Asmuni berguling-guling upaya dirinya menghilangkan rasa cenat-cenut terbanting jatuh dari Kijang. Tubuhnya yang kurus hitam berlumat pasir, sesekali mata pandangan Asmuni melihat sekeliling mencari Kijangnya yang tersandung benda sesuatu.

Kemana Kijang ku. Asmuni sambil berusaha berdiri usai jatuh. Kepalanya tengak-tengok, sampati tubuhnya pun ikut memutar mencari keberadaan Kijang. “Jatuh tiba-tiba masa ikut hilang tiba-tiba. Hai Kijang, dimana kau berada, aku disini.”

Asmuni pun langkahkan kaki balik ke lokasi pertama kali dia berangkat. Tidak sampai 30 centimeter, mata Asmuni temukan sesuatu hal yang aneh. Sebuah benda yang tergeletak di pasir pantai. Posisi benda terpendam setengah.

Benda apa ini. Asmuni mencabut benda tersebut. Saat tangannya yang kasar menjumput benda tersebut, dia pun kaget. Astaga. Ini suntik medis. Kenapa bisa ada disini. Bahaya sekali !

Suntik medis itu disentuh Asmuni. Dia menebak, barang ini tidak lagi baru. Barangnya sudah terlihat bekas pakai. Di bagian dalam masih ada jarumnya, di bagian tubuh suntik pun membekas bercak warna merah, serupa darah.

Kontan Asmuni pun langsung merogoh isi kantung celananya. Dirinya mengambil sebuah kotak telepati untuk menghubungi tim pemberantas sampah lingkungan.

Halo disini pemberantas sampah.
Disini, pantai Planet Pluto ada sampah medis.
Segera merapat untuk ditindak !
Usut siapa yang membuang.
Demikian harapan saya.

Setelah itu dibalas, "baik akan ditindaklanjuti." Tit. Bunyi tutup telepatinya. Asmuni pun langsung geram atas respon si pemberantas. Katanya lembaga pemberantas tapi kenapa hanya segitu saja. Bak mi instan tak berisi.

Dikasih informasi, tidak dikonfirmasi secara mendalam. Saya ragu kinerja si pemberantas ini. Namanya saja pemberantas tetapi sebenarnya gerak kerjanya malas.  

Dan ternyata benar, ditunggu lokasi kejadian, waktu sudah berjalan hampir lima jam tidak ada satu pun tim pemberantas yang mengusut menindak atas kejadian cemaran sampah medis di pantai Planet Pluto tersebut.

Anjir. Lagi cuci sempak kah !
Sudah lima jam lebih tidak nampak disini.
Ya sudahlah ! 
Saya bersihkan sendiri.

Asmuni pun berinisatif bersihkan pantai itu dari sampah medis jarum suntik. Tanpa bermodal sarung tangan, Asmuni merasa kebal sebab semanjak balita dirinya merasa sudah diimunisasi vitamin Z. Zonk.

Dirinya tidak khawatir terkena racun yang menempel di sampah medis tersebut. “Kalau nggak dibersihkan akan kena orang lain,” kata batinnya.

Langit semakin sore, matahari senja akan mulai muncul, Asmuni pun melenggang kangkung keluar ke komplek pantai berbekal sampah medis yang akan dibuangnya lagi ke tempat yang aman. Berharap pada instansi berwenang tidak selesaikan persoalan.

Nasib Asmuni memang apes hari itu. Sudah kehilangan Kijangnya yang tersandung sampah medis, juga kehilangan harapan akan nasib keadilan bagi penegakkan kelestarian lingkungan. 

Hilang harapan, hilang masa depan. Pantai Planet Pluto parah di sesaki sampah, maka semakin menggila dihuni makhluk serakah.


Hingga sampai satu tahun kemudian, tanggungjawab yang menyebarkan sampah medis di Pantai Planet Pluto belum terlacak. Gaib, tiada kejelasan. Tiada yang berani mengusut, mencari dalang pelakunya.

Asmuni pun kemudian berkhayal. mulutnya komat kamit berdoa kepada Allah, sang raja manusia, berharap dia menjadi super hero yang bisa membela kepentingan kelestarian alam pantai.

Andaikan waktu bisa diputar lagi
Andai bisa melakukan dejavu
Seandainya diberi mukzizat
   
Ah, semprul kamu As. Terlalu banyak berkhayal nanti otak mu bisa jadi binal. Sudahlah lakukan saja apa yang kamu bisa untuk kebaikan maka lakukanlah. Jangan lagi terlalu bergantung dengan yang lain.

Yang lain belum tentu mampu. Bisa jadi mereka itu sikapnya seperti dirimu. Lebih banyak berkhayal ketimbang turun bekerja. “Ouh ya, benar juga kamu Ton. Tumben kamu cerdas mulia.” timpal Asmuni. ( )
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATAL BELI RUMAH BDS III KARENA KECEWA

  Properti Forest Hills Bukit Damai Sentosa 3 Mencari hunian di Kota Balikpapan Kalimantan Timur bisa dibilang susah susah gampang. Seandainya memiliki modal uang banyak, sangat mudah mencari hunian idaman sesuai yang didambakan. Namun kalau uang pas, pasti akan mencari keliling setengah mati. Harga properti di Kota Balikpapan bisa dibilang termahal dibandingkan dengan di daerah seperti Sulawesi Utara dan tanah jawa. Waktu itu, sempat mendatangi Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Karang Jati di Jalan Ahmad Yani Kota Balikpapan. Mendatangi kantor ini bertemu Kepala Cabang BTN, Oktavianus. Saya ingat pertemuan sekitar awal Agustus 2017 siang. Dimulai dari orang inilah, saya diperkenalkan produk properti bernama Cluster Forest Hills Bukit Damai Sentosa (BDS) III yang membawa slogan hunian nyaman di tengah Kota Balikpapan. Berbekal brosur, Oktavianus mengenalkan kredit rumah yang menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Harga rumah Rp 300 jutaan, memakai BPJS Ketenagaker...

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d...

GUEST HOUSE VERSUS HOTEL

Guest House Mengancam Bisnis Hotel Menjamurnya guest house diberbagai tempat pusat perkotaan Balikpapan dianggap sebagai ancaman bisnis perhotelan non bintang dan berbintang. Keberadaan Guest House yang berdiri di Kota Balikpapan ubahnya menawarkan jasa penginapan layaknya perhotelan. Saat dikonfirmasi, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia Yulidar Gani, mengatakan, eksistensi Guest House di Balikpapan tidak ubahnya mirip dengan operasional yang dijalankan oleh perhotelan. Segi pelayanan dan operasional mirip dengan hotel. “Menerapkan tarif harian, bukan lagi bulanan. Fasilitas mungkin standar tetapi pelayanannya bisa dikatakan hampir mirip dengan hotel. Ini berdampak buat kami pelaku usaha hotel, okupansi tambah menurun di saat situasi ekonomi masih minus,” ujarnya pada Jumat 16 Maret 2018, melalui sambungan telepon seluler. Dia menegaskan, posisi guest house itu seharusnya tidak menerapkan harian. Segementasi pasarnya pun jelas, hanya dikhususkan bagi k...