Jelajah Samboja dan Muara Jawa
Mengawali Maret, saya bersama Arijdwana fotografer koran
harian Tribunkaltim berkesempatan sambangi sebagian wilayah Kecamatan Muara
Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Berangkat dari
pusat Kota Balikpapan pada Jumat 2 Maret 2018 pagi.
Kami berdua diberi tugas untuk melakukan peliputan
politik otonomi daerah, yang berhembus isu, masyarakat setempat sedang
memperjuangkan adanya pembentukan otonomi baru, pemekaran Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Perjalanan dari Balikpapan menuju Muara Jawa bisa
dibilang jauh, melewati beberapa kecamatan dan perbatasan. Begitu tiba di
Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk sampai ke Muara Jawa harus terlebih dahulu
melintasi kawasan Kecamatan Samboja.
Daya tempuh perjalanan yang kami capai paling lambat sekitar
tiga jam melalui jalur darat, menggunakan kendaraan roda empat. Hal ini kami
sempat berhenti beberapa menit untuk membeli bahan bakar mobil di daerah
Manggar, Balikpapan.
Target liputan kami ialah mengeksplorasi soal wacana
pemekaran kabupaten. Melihat lebih dekat ke masyarakat, apa benar memang ada
keinginan kuat untuk membentuk kabupaten tersendiri.
Nyatanya memang benar, saat tiba di lokasi tujuan, sempat
terungkap dari beberapa warga, sudah banyak yang mengetahui jika ada rencana
pemekaran kabupaten.
Sebagian besar warga setempat ada yang penasaran, bertanya-tanya
kapan resmi terjadinya pemekaran.
Kebanyakan berkeinginan, pemekaran menjadi langkah satu
terobosan untuk membuat daerah semakin maju. Apa pun itu namanya, rakyat intinya
ingin hidup nyaman, mudah mencari uang, dan sehat sejahterah.
Rencana kabupaten yang akan dibentuk diberi nama Kutai Pesisir, terdiri dari gabungan dari lima kecamatan yakni, Kecamatan Samboja, Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan Anggana, Kecamatan Loa Janan, dan Kecamatan Sanga sanga.
Selengkapnya, berikut di bawah ini hasil liputan yang telah disajikan di rubrik eksklusif koran Tribunkaltim, Rabu 7 Maret 2018.
Selengkapnya, berikut di bawah ini hasil liputan yang telah disajikan di rubrik eksklusif koran Tribunkaltim, Rabu 7 Maret 2018.
Kutai
Pesisir Dibentuk Bakal Lahirkan Kota Baru
Rencana pembentukan Daerah Otonomi Baru Kabupaten Kutai Pesisir
ditanggapi positif oleh Lembaga Adat Muara Oda Etam Muara Jawa. Organisasi adat
ini menyatakan pembentukan kabupaten baru bernama Kutai Pesisir akan menjadi
kebanggaan bagi Kalimantan Timur.
Hal itu diungkapkan Haji Husaini, Ketua Lembaga Adat
Muara Oda Etam Muara Jawa, kepada Tribun
melalui sambungan telepon selulernya yang mengaku sedang berada di pelataran
Masjid Besar Jami Darussalam, Muara Jawa, pada Sabtu 3 Maret 2018 pagi.
Perjuangan pembentukan kabupaten baru, yang memisahkan
diri dari Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sudah puluhan tahun yang lalu.
Warga yang berada di Muara Jawa merasa setuju untuk memekarkan Kabupaten Kukar
menjadi Kabupaten Kutai Pesisir.
“Sudah saatnya terbentuk. Masyarakat menginginkan. Bukan
saja Muara Jawa yang ingin tapi empat kecamatan lain juga mau masuk dalam Kutai
Pesisir. Ingin adanya percepatan pembangunan, mudahnya mengurus birokrasi
pemerintahan,'' ujarnya.
![]() |
Perkampungan nelayan kawasan Tahir Handil di Muara Jawa Pesisir pada Jumat 2 Maret 2018 siang. (Photo by Jongfajar Kelana) |
Kata Husaini, saat Kutai Pesisir dilahirkan, pastinya
Kaltim akan merasa bangga karena muncul pertumbuhan daerah yang baru dan maju.
Kaltim bertambah kemunculan kota baru, ada pemerataan pembangunan secara
signifikan.
“Jadi kabupaten tersendiri pasti jadi kota baru. Ada
Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, sama Kutai Pesisir yang katanya nanti
ibukotanya ada di Muara Jawa,” katanya.
Secara sejarah interaksi sosial, masyarakat yang
bertempat tinggal di kawasan Kutai Pesisir berlatarbelakang agama, suku dan
budaya yang ragam. Kehidupan masyarakatnya sudah majemuk, selalu hidup rukun
damai.
“Tidak pernah ada peristiwa kerusuhan massal yang berbau
suku ras agama dan budaya. Kami satu sama lain saling menghargai. Toleransinya
sudah terjaga, tidak pernah konflik yang berbau sara,” tegas Husaini.
Karenanya, tegas dia, munculnya otonomi baru Kutai
Pesisir akan menelurkan kota baru. Kutai Pesisir sudah siap menjadi kota.
Karakteristik masyarakatnya sudah majemuk, cocok menjadi kota.
Selain itu, tambah Husaini, senadainya Kutai Pesisir
lahir, dipastikan menjadi pusat ekonomi baru, akan melirik banyak orang untuk
berdatangan ke Kutai Pesisir, mencari penghidupan.
“Kalau memang nanti benar jadi kabupaten sendiri, jadi
kota baru. Akan banyak pendatang dari berbagai daerah. Kutai Pesisir akan
bertambah ramai. Daerahnya akan semakin berkembang, bisa jadi kota besar,”
tutur Husaini.
Sebagai warga yang sudah lama menetap di Kutai Pesisir,
siap untuk menerima perubahan sosial ini. Kutai Pesisir terbuka bagi siapa saja
yang berniat ingin meramaikan dan ikut berkontribusi membangun daerah.
“Kami menyadari nanti akan banyak pendatang. Daerah kita
ini banyak sumber-sumber ekonomi. Seperti minyak gas bumi, pertanian dan
pariwisata bisa dikembangkan. Perikanan dan kelautan kami juga kaya, hasilnya
melimpah,” ungkap Husaini.
Perjuangan menuntut pemekaran daerah berangkat dari
kegelisahan masyarakat akan keadilan pembangunan yang merata. Harapan
pembentukan Kabupaten Kutai Pesisir akan memberi peluang pembangunan yang lebih
maksimal.
Seperti di antaranya, daerah semakin berkembang pesat,
infrastruktur dibangun lengkap. Selama ini anak muda generasi kelahiran di
Kutai Pesisir banyak yang tinggalkan daerah merantau mencari pekerjaan atau pergi
menutut ilmu.
“Kabupaten sendiri pusat-pusat ekonomi baru bertumbuh,
akan terbuka luas lapangan kerja. Terbangun perguruan tinggi. Kuliah di daerah
sendiri nanti kerjanya juga di daerah sendiri. Sekarang tidak, banyak yang
pergi keluar daerah, akhirnya daerah sepi tidak berkembang,” ungkapnya.
Kondisi daerah yang dinilai mengalami ketertinggalan
dengan daerah lainnya, membuat warga Kutai Pesisir bergerak untuk lakukan
perjuangan di tingkat kabupaten dan provinsi, hingga di pemerintah pusat.
“Daerah kami sumber pendapatan terbesar tapi kenapa
daerah kami pembangunannya kalah dengan daerah lainnya. Kami memperjuangkannya.
Semua kecamatan sudah setuju, ikut masuk dalam Kutai Pesisir,” katanya, yang
juga menyebutkan lima kecamatan dimaksud ialah Samboja, Anggana, Loa Janan,
Sanga sanga, dan Muara Jawa.
Isu
Kutai Pesisir Tak Berhubungan dengan Pilgub Kaltim
Hingar bingar perjuangan membentuk Daerah Otonomi Baru
Kabupaten Kutai Pesisir yang ingin memisahkan dari induknya Kabupaten Kutai
Kartanegara (Kukar), tidak ada kaitannya dengan momen pemilihan kepala daerah
Kalimantan Timur (Pilkada Kaltim). Upaya yang dilakukan murni karena perjuangan
bukan untuk kepentingan politik partisan.
Hal ini ditegaskan, Sudirman Hadi, Penasehat Tim Sukses
Pemekaran Kabupaten Kutai Pesisir kepada Tribun, melalui sambungan telepon
selulernya pada Minggu 4 Maret 2018 pagi.
Pria yang bergaya rambut belah pinggir ini menjelaskan,
kabar soal perjuangan pendirian Kutai Pesisir sudah tersebar meluas ke seluruh
Provinsi Kaltim. Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui proses
pemekarannya.
Sampai beberapa hari yang lalu, semua para kandidat Cagub
dan Cawagub Kaltim menyatakan sikap mendukung penuh perjuangan pembentukan
Daerah Otonomi Baru Kabupaten Kutai Pesisir di Kaltim.
“Semua calon, sebanyak empat pasangan menyatakan setuju.
Sikap dan pandangan semua pasangan lebih mendukung ada Kutai Pesisir.
Pernyataan mereka terekspose di berbagai media massa,” kata Sudirman.
Menurut dia, sikap semua pasangan calon tersebut
merupakan hak para kandidat. Bagi lembaga Tim Sukses Pemekaran Kutai Pesisir
hal ini dianggap sebagai langkah yang wajar, para kandidat melihatnya sebagai
bahan kampanye.
“Sah-sah saja kan lagi momentum pilgub. Mereka para calon
mengkampanyekan kami (Otonomi Baru Kutai Pesisir) jelas sangat menguntungkan.
Gaung Kutai Pesisir terangkat kembali di tengah masyarakat,” tutur Sudirman.
![]() |
Suasana perkotaan di Jalan Ahmad Yani Muara Jawa pada Jumat 2 Maret 2018 siang. (Photo by Jongfajar Kelana) |
Lagi pula tambahnya, perjuangan pemekaran Kukar berjalan
sesuai alamiah, tidak ada yang memanfaatkan momen pilkada. Telah berjalan lama,
isunya berhembus sejak Gubernur Suwarna Abdul Fatah masih menjabat. Zaman
gubernur ini sudah diwacanakan adanya pembentukan Kabupaten Kutai Pesisir.
Kalau sekarang semua paslon cagub dan cawagub bahas
mengenai Kutai Pesisir, tentu saja pas kebetulan sedang masuk masa kampanye
politik pilkada, jadinya dipakai untuk isu penyampaian visi misi program kerja.
“Kami tidak ada yang melarang, silakan saja mereka
berkampanye membawa isu pemekarang Kutai Pesisir!. Kami juga tidak mengarahkan
ke para kandidat,” tegas Sudirman.
Namun dia pun menegaskan, dalam posisi pesta demokrasi
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim, lembaga perjuangan otonomi baru
Kutai Pesisir tidak menyatakan sikap dukungan ke kandidat tertentu. Isu
perjuangan pemekaran Kutai Pesisir tidak ada kaitannya dengan suksesi pasangan
calon tertentu.
“Kita secara kelembagaan sepakat tidak mendukung pada
paslon mana pun. Kami tidak mewakili partisan para paslon yang maju. Perjuangan
kami bukan modus untuk suksesi paslon di politik pilkada,” kata Sudirman.
Karena itu, semua masyarakat yang masuk dalam lingkup
kecamatan di Kutai Pesisir diberi kebebasan dalam Pilkada Kaltim. Proses
demokrasi pilkada tetap dijalankan secara bebas, tidak ada paksaan. Setiap
warga di Kutai Pesisir diberikan hak untuk memilih paslon sesuai selera
masing-masing.
“Kami secara kelembagaan mendukung semua paslon yang
berkompetisi di Pilkada Kaltim. Buat setiap warga terserah mau pilih paslon
yang mana, semua pilihan diserahkan ke masing-masing pribadi,” tegasnya.
Selain itu, tambahnya, kelembagaan Tim Sukses Pemekaran
Kabupaten Kutai Pesisir dalam posisi Pilkada Kaltim tidak ada gerakan untuk
merapat ke satu kandidat tertentu membuat kesepakatan politik partisan.
“Kami tidak ada upaya untuk membangun kontrak politik
dengan kandidat tertentu. Di internal kelembagaan kami bersih dari politik
Pilkada,” ujarnya.
Sampai sekarang ini, perjuangan pemekaran Kutai Pesisir
akan masuk ke tahap paripurna di tingkat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kabupaten Kukar. Di jenjang Gubernur Kaltim dan di papan eksekutif di Kabupaten
Kukar melalui Pejabat Pelaksana Tugas Bupati Kukar sudah memberi lampu hijau.
Secara sosial kultural, masyarakat yang bertempat tinggal
di Kutai Pesisir karakteristiknya sangat ragam. Kehidupan sosialnya majemuk,
dihuni oleh berbagai suku budaya dan agama yang berbeda namun tetap bersatu
dalam hidup damai.
Belum lama ini saat menghubungi Haji Husaini, Ketua
Lembaga Adat Muara Oda Etam wilayah Muara Jawa, mengatakan, masyarakat Kutai
Pesisir hidup berdampingan meski dari latarbelakang berbeda. Kerusuhan yang
berbau perbedaan pandangan tidak pernah terjadi, semua hidup harmonis.
“Tidak ada yang berkelahi gara-gara beda pilihan politik.
Pilkada biasa saja, kami anggap sebagai proses demokrasi. Jalan dengan damai. Kami
melihatnya siapa yang memang punya potensi mampu membawa perbaikan dan kemajuan
daerah, pasti akan dipilih,” ungkapnya.
Awalnya
Tujuh Kecamatan Masuk Kutai Pesisir
Proses pemekaran Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar)
terus berlanjut telah bergulir beberapa puluh tahun yang lalu. Pembentukan
Kutai Pesisir sebuah keniscayaan yang mesti diwujudkan. Masyarakat menginginkan
pemekaran Kukar, dibuat kabupaten baru merupakan keinginan masyarakat.
Ini disampaikan, Andi Firman, Sekretaris Umum Tim Sukses
Pemekaran Kutai Pesisir, kepada Tribun pada Jumat 2 Maret 2018 sore di Muara
Jawa. Ia menjelaskan, perjuangan pemekaran Kutai Pesisir terus bergulir.
“Ada lima kecamatan yang sudah ikut mau bergabung.
Dahulunya ada tujuh Marang Kayu dan Muara Badak, ikut masuk ke Kutai Pesisir
tetapi di tahun 2007 dua kecamatan ini tetap berada ikut Kukar,” ujarnya.
Perubahan jumlah kecamatan dari tujuh menjadi dua
merupakan kebijakan dari pemerintah pusat yang telah melakukan verifikasi yang
hasilnya Marang Kayu dan Muara Badak tetap berada di Kukar.
Sama halnya penelitian dari Universitas Mulawarman dan
Universitas Padjajaran Jawa Barat menyatakan, kecamatan Marang Kayu dan Muara
Badak mesti tetap ikut Kukar.
“Kalau semuanya gabung di Kutai Pesisir nanti Kukar akan
susah mendapat pendapatan daerahnya. Sengaja ditinggal dua kecamatan tetap ikut
Kukar untuk tujuan menopang daerah Kukar,” tutur Andi.
Menurut dia, tidak menjadi persoalan soal Kutai Pesisir
hanya memiliki lima kecamatan karena secara persyaratan tetap memenuhi
kriteria. Pembentukan kabupaten minimal harus lima kecamatan dengan usia
kecamatan yang cukup lama.
![]() |
Kondisi infrastruktur dermaga speedboat Muara Jawa Pesisir pada Jumat 2 Maret 2018. (Photo by Jongfajar Kelana) |
“Kecamatan sudah berdiri lama. Bukan usia baru satu atau
dua tahun baru berdiri, semua sudah hampir lima tahun lebih. Tidak ada
masalah,” katanya.
Perjuangan pemekaran wilayah bukan lagi sifatnya
kepentingan politis. Sebab warga masyarakat di lima kecamatan telah membuat
berita acara, bukan lagi hanya di selembar kertas semata.
Pembuatan berita acara membuktikan usulan pendirian Kabupaten Kutai Pesisir merupakan murni perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik.
Pembuatan berita acara membuktikan usulan pendirian Kabupaten Kutai Pesisir merupakan murni perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik.
“Ada kesepakatan warga. Dibuat berita acaranya. Banyak
yang setuju. Ditandatangani pimpinan wilayah masing-masing. Ada tandatangan
asli dan stempel asli,” ungkapnya.
Penentuan
Ibukota Kutai Pesisir Banyak Pilihan
Pembentukan otonomi daerah baru Kabupaten Kutai Pesisir
yang memisahkan diri dari Kabupaten Kutai Kartenegara (Kukar), masih belum ada
kepastian soal penentuan ibukota kabupaten. Masyarakat menunggu hasil keputusan
dari kajian objektif pemekaran dari pemerintah pusat.
Hal ini disampaikan Sudirman Hadi, Penasehat Tim Sukses
Pemekaran Kutai Pesisir, kepada Tribun pada Kamis 8 Maret 2018) sore melalui
sambungan telepon selulernya.
Banyak kajian dalam pemilihan ibukota Kabupaten Kutai
Pesisir. Namun untuk saat ini, yang rencana yang disetujui ialah Kecamatan
Anggana.
“Masyarakat di lima kecamatan yang gabung dalam Kutai Pesisir memilih Anggana sebagai ibukotanya,” ungkapnya yang mengaku sedang berada di Muara Jawa.
“Masyarakat di lima kecamatan yang gabung dalam Kutai Pesisir memilih Anggana sebagai ibukotanya,” ungkapnya yang mengaku sedang berada di Muara Jawa.
Senada dengan Andi Firman, Sekretaris Umum Tim Sukses
Pemekaran Kutai Pesisir, kepada Tribun,
menjelaskan, berdasarkan kesepakatan lima kecamatan yang bergabung di Kutai
Pesisir, telah ada klaim dari banyak pihak di lima kecamatan, yang memilih
Kecamatan Anggana sebagai ibukota.
Namun tegas dia, pilihan itu bisa berubah ! Bergantung
dari hasil kajian dari Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia, juga
keputusan dari penelitian resmi Universitas Mulawarman di Samarinda.
“Kami sedang menunggu hasilnya seperti apa. Kami warga mengikuti hasil kajian objektifnya seperti apa,” kata Andi.
“Kami sedang menunggu hasilnya seperti apa. Kami warga mengikuti hasil kajian objektifnya seperti apa,” kata Andi.
Seandainya nanti ada keputusan dari pemerintah pusat,
soal penentuan wilayah ibukota Kutai Pesisir, maka warga masyarakat yang ada di
Kutai Pesisir secara otomatis mesti rela untuk menerima apa pun hasil lokasi ibukotanya
berdasarkan kajian objektif.
“Kami sudah bersepakat pilih Anggana sebagai ibukota
Kabupaten Kutai Pesisir. Tapi kalau nanti berubah ada keputusan lain dari pemerintah
pusat pastinya warga setuju-setuju saja,” ujarnya.
Secara geografis, Anggana terletak di muara Sungai
Mahakam. Kawasan Anggana sebagian besar memeluk pulau-pulau kecil yang dalam
istilah keilmuan geografi disebut Delta Mahakam, yang menyimpan sumber kekayaan
hasil perikanan.
Sampai sekarang, Kecamatan Anggana memiliki lima desa dengan
pusat pemerintahannya berada di Desa Sungai Mariam. Sisi bagian utara
berbatasan dengan Kecamatan Muara Badak, dan sisi timur menghadap ke Selat
Makassar.
Selain itu, tambah Andi, mengacu dari hasil penelitian
pengembangan wilayah Kutai Pesisir yang dilakukan lembaga Universitas
Mulawarman dan Universitas Padjajaran tahun 2007, disebutkan, ibukota Kutai
Pesisir bagusnya berada di daerah Bambangan, yang secara geografis terdapat
sungai.
“Bambangan itu di kawasan perbatasan antara Kecamatan
Samboja dan Muara Jawa. Tempatnya sudah bisa dikatakan ramai,” kata Andi.
Namun berbeda halnya dengan penelitian Universitas Gajah
Mada dari jurusan Pengembangan Wilayah Kutai Pesisir, disebutukan Muara Jawa
pas untuk jadi ibukota Kutai Pesisir.
Penelitian tersebut dipimpin Dr Luthfi Muta’alli yang hasilnya memberikan kesimpulan Muara Jawa cocok dijadikan ibukota Kabupaten Kutai Pesisir. Secara infrastruktur dan potensi ekonomi sudah bisa dikatakan memenuhi standar.
Mengutip dari laporan hasil peneltian kampus Yogyakarta
tersebut, di halaman III-22, terungkap, berdasarkan analisis potensi historis,
potensi intraregional partisipasi dan dukungan masyarakat, menyatakan, skor
tertinggi wilayah cocok ialah Muara Jawa, yang kedua Anggara, ketiga Sanga sanga,
empat Samboja dan kelima Loa Janan.
Kondisi jalan yang baik, berbeton mulus. Muara Jawa
secara geografis juga dekat dengan muara Sungai Mahakam dan lautan serta
memiliki pelabuhan Handil Dua. Tidak jauh dari pelabuhan sudah berdiri terminal
transportasi darat jurusan ke Balikpapan dan Samarinda.
Di tempat ini, Muara Jawa dalam perut buminya mengandung
deposit batu bara yang banyak. Termasuk juga ada sumber minyak gas yang telah
dikelola oleh perusahaan Pertamina dan VICO Indonesia.
Selain itu, dekat pelabuhan tersebut ada dua pasar rakyat
yang menjadi pusat pergerakan ekonomi masyarakat. Muara Jawa Pesisir yang
berada di Handil Dua juga dipadati penduduk, terutama warga bermatapencahariaan
nelayan.
Banyak orang yang mengira, Kutai Pesisir, khususnya Muara
Jawa, hanya mengandalkan sumber daya alam migas. Padahal tidak. Muara Jawa
memiliki kekayaan alam yang diberikan langsung oleh Tuhan berupa perairan
sungai muara dan lautan yang luas.
“Hasil perikanan daerah kami (Muara Jawa) sudah dikenal.
Kepiting tangkapan kami sering dibeli sama restoran-restoran yang ada di
Balikpapan. Pasokan kepiting dari Balikpapan banyak yang mengambil di Muara
Jawa,” ungkap Andi, yang memiliki helai rambut yang lurus ini.
Menurut Andi, kini Tim Sukses Pemekaran Kutai Pesisir
sedang menunggu peran serta dari Universitas Mulawarman dalam mencari formula tepat
menggali pendapatan asli daerah Kutai Pesisir di luar dari sektor migas.
“Daerah kami di pesisir, menonjol di perikanan dan
kelautan. Daerah kami sebagian besar di pesisir, Alhamdulillah begitu melimpah.
Hasil ikan, udang, kepiting, sangat luar biasa. Banyak mengambil hasilnya dari
Sungai Mahakam,” ungkapnya.
Termasuk, di bidang agrobisnis kawasan Kutai Pesisir
tidak kalah dengan daerah lainnya. “Pertanian kami (Kutai Pesisir) sudah mumpuni,
dikenal. Kami ada kelapa sawit di Muara Kembang, kebun karet juga ada,” katanya.
Paripurna
Dilangsungkan Jauh Hari Pencoblosan
Perjuangan pemekaran Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar)
di tingkat legislatif dan tatanan eksekutif kabupaten dan provinsi, bisa
dibilang mulus. Semua sudah menyatakan positif terhadap pendirian Kaupaten
Kutai Pesisir.
Saat ini hanya menunggu rapat paripuran di tingkat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kukar, membahas soal pemantapan pembentukan Kabupaten
Kutai Pesisir.
Warga masyarakat berharap, pelaksanaan paripurna Kutai
Pesisir dilangsungkan sebelum masa pencoblosan pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim).
Hal ini disampaikan kepada Tribun melalui Andi Firman,
Sekretaris Umum Tim Sukses Pemekaran Kutai Pesisir, belum lama ini, yang
menegaskan, pelaksanaan paripurna di DPRD Kukar soal pembentukan Kutai Pesisir
sebaiknya dilangsungkan sebelum pemungutan suara, supaya tidak terjadi hal-hal
yang tak diinginkan.
“Jangan terkesan nantinya kita dimanfaatkan dalam
pilkada. Perjuangan pemekaran Kutai Pesisir murni perjuangan, bukan ada
kaitannya pemenangan kandidat tertentu dalam pilkada,” ujarnya.
Karena itu, dia mengimbau kepada jajaran DPRD Kukar
termasuk Plt Bupati Kukar untuk bisa bersepakat selenggarakan paripurna Kutai
Pesisir sebelum masa pencoblosan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim.
“Kita sebaiknya menghindari saat masuknya momentum
pencoblosan pilkada. Bagus dilangsungkan sebelum pencoblosan supaya tidak ada
kesan dimanfaatkan kepentingan politik pilkada,” kata Andi.
![]() |
Gedung bertingkat Sekolah Dasar Negeri di Jalan Tahir Handil Tiga Muara Jawa Pesisir pada Jumat 2 Maret 2018 siang. (Photo by Jongfajar Kelana) |
Sampai sejauh ini, dirinya bersama warga lainnya merasa
optimis, perjuangan Kutai Peisir di kancah paripurna DPRD Kukar akan berhasil,
menghasilkan keputusan yang mengarah ke suara setuju.
“Kami sudah sering berjumpa dengan ketua (DPRD Kukar).
Pandangan anggota dewan sangat terbuka, menyambut baik pembentukan Kutai
Pesisir. Ketua juga sudah pernah menandatangani pembentukan Kutai Pesisir, jadi
kami yakin usaha akan lolos, disetujui di tingkat dewan,” tutur Andi.
Sampai saat ini sedang dilakukan komunikasi secara intens
dengan DPRD Kukar dan Plt Bupati Kukar, terkait dengan percepatan pelaksaaan
paripurna pembentukan Kutai Pesisir. Masyarakat di lima kecamatan merasa
pemekaran Kukar merupakan jalan yang tepat untuk mencapai kebaikan yang lebih
cemerlang.
“Harapan kami pertengahan bulan Maret tahun 2018 ini
sudah dilakukan paripurna. Kalau sudah selesai paripurna maka perjuangan kita
tinggal di tingkat pemerinah pusat,” tegasnya.
Belum lama ini, saat malam hari Tribun menyusuri sebagian
jalur darat kawasan Kutai Pesisir. Dimulai dari Samboja hingga ke Muara Jawa.
Selama perjalanan, melewati beberapa perusahaan migas dan stasiun pengisian
bahan bakar.
Namun selama menempuh perjalanan, terutama jalan provinsi
Balikpapan Handil, kondisi malam hari begitu gelap, tidak ada lampu penerangan
jalan. Cahaya lampu hanya mengandalkan lampu kendaraan dan beberapa bangunan
rumah dan toko.
Tidak hanya itu, gangguan lainnya, jalan sangat
berkondisi buruk. Jalan bagian kiri kalau dari arah Muara Jawa menuju Samboja
bisa dibilang sangat memprihatinkan. Banyak lubang-lubang yang mengganggu laju
kendaraan.
Rumput ilalang yang berada di pinggiran pun sudah ada yang mulai sentuh jalanan aspal, menghalangi jarak pandang berkendara.
Rumput ilalang yang berada di pinggiran pun sudah ada yang mulai sentuh jalanan aspal, menghalangi jarak pandang berkendara.
“Memang jalannya berstatus provinsi bukan tanggungjawab
Pemkab Kukar tapi kenapa banyak yang rusak. Keinginan pemekaran adanya
peningkatan infrastruktur,” tutur Sudirman Hadi, tokoh senior di Muara Jawa. (ilo)
POTENSI
PENDAPATAN ASLI DAERAH KUTAI PESISIR
Potensi
Pertambangan:
1. Minyak
Bumi dan gas alam
2. Batu
bara di Samboja, Muara Jawa dan Sanga sanga
3. Pasir
bijih besi di Pantai Samboja dan perbukitan Muara Jawa
4. Pasir
kwarsa, lempung, batu gamping, kalolin, dan pasir batu.
DATA:
Kajian
Akademik UGM tahun 2007 (ilo)
Potensi
Pariwisata:
1. Wisata
alam Benkirai.
2. Wisata
ilmiah Wana Riset
3. Kolam
air panas Dondang
4. Situs
sejarah Kerajaan Kutai
5. Wisata
sejarah juang Sanga sanga
6. Taman
Hutan Rakyat Bukit Soeharto
DATA:
Pemkab
Kukar tahun 2017 (ilo)
Potensi
Pertanian:
1. Padi
sawah 5645 ha
2. Padi
ladang 9494 ha
3. Jagung
540 ha
4. Ubi
kayu 1350 ha
5. Ubi
jalar 676 ha
6. Kacang
tanah 412 ha
7. Kacang
kedelai 94 ha
8.
Kacang ijo 137 ha
DATA:
Dalam hektar Pemkab Kukar tahun 2006 (ilo)
Potensi
Perikanan Laut:
1. Samboja
3787,7 ton
2. Muara
Jawa 3653,5 ton
3. Sanga
sanga 1172,8 ton
4. Anggana
4588,4 ton
DATA:
Pemkab Kukar tahun 2006 (ilo)
Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 15 Februari 2020 <a href="https://indextogel.org/prediksi-togel/prediksi-togel-sgp-mbah-bonar-15-februari-2020/ > Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu hari ini </a> Gabung sekarang dan Dapatkan Potongan Setiap Hari !!!
BalasHapus