Langsung ke konten utama

CerpenBung 2

 Ngampus Cari Ilmu Apa Mau

Perguruan tinggi di Indonesia banyak meluluskan sarjana-sarjana, ada ratusanlah kalau dihitung. Dari di antara mereka para sarjana yang lulus, ada yang bernilai akademik cemerlang, angka-angka perolehannya mengagumkan. Pastinya, bisa buat geleng-geleng kepala, saking salutnya luar biasa.

Bangga juga, Indonesia masih bisa produksi sumber daya manusia yang berpendidikan seperti itu. Ya, itulah kondisi yang ada, tapi bagi pribadi Jong seorang, gelar sarjana masa bodo amat, baginya itu bukanlah persoalan yang mencekik kehidupan Jong. Memang dasar, rada-rada brengsek, Jong berkelakar.

"Ngampus dalami ilmu buat cari gelar, apa cuma sekedar buat kejar incar jabatan, naik pangkat. Kalau gak manfaat buat banyak orang, ngapain juga cuma buang-buang uang, waktu," katanya dengan disertai tawa ringan. 

Pribadinya yang rock and roll, Jong tetap enjoy, walau tanpa ada gelar tinggi akademik institusi pendidikan tertentu. "Jalani aja hidup ini apa adanya. Mati tidak bawa nama gelar, tapi peran kebaikan kita di tengah masyarakat harus membekas," kata Jong dengan bijaknya.

Kala matahari naik sepenggal, Jong pun masih tetap santai duduk di bangku kursi panjang pelataran kosannya, sejak waktu Subuh. Ditemani segelas kopi ukuran sedang, sambil sesekali meneguk kopi buatannya, ia coba memacu daya ingatnya kembali. "Hemmm, apa ya, oh ya, baru ingat saya," katanya, sambil membusungkan dadanya penuh kegirangan.

Ia baru saja ingat akan pengetahuan yang ia pernah ketahui dari media cetak Indonesia tentang tantangan kehidupan negara ke depan. Membatin, Jong berkata, "Aku pernah membaca media massa di koran harian, diramalkan tahun 2050 ada banyak problem," ujarnya, menceritakan kembali apa yang Jong pernah baca.

Masalah apa Jong ?, bikin penasaran saja. Ya, katanya Jong, itu persoalan ritme kehidupan yang dijalani setiap manusia, di alam bumi ini. "Yang tentunya masalah yang dihadapi manusia," tandasnya. Jadi begini ceritanya, di tahun 2050 nanti, penduduk dunia akan sentuh angka 9 milar orang. Berbagai badai persoalan akan mendera, seperti kekurangan pangan, air bersih, krisis energi, ancaman penyakit, serta kerusakan hutan.

"Kira-kira kita mampu tidak ya, menghadapinya. Ah, tidak usah risau, kan kita punya banyak sarjana-sarjana yang berilmu tinggi. Pasti deh, mereka punya kreativitas dan gebrakan inovasi," gampangnya Jong. (bersambung)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATAL BELI RUMAH BDS III KARENA KECEWA

  Properti Forest Hills Bukit Damai Sentosa 3 Mencari hunian di Kota Balikpapan Kalimantan Timur bisa dibilang susah susah gampang. Seandainya memiliki modal uang banyak, sangat mudah mencari hunian idaman sesuai yang didambakan. Namun kalau uang pas, pasti akan mencari keliling setengah mati. Harga properti di Kota Balikpapan bisa dibilang termahal dibandingkan dengan di daerah seperti Sulawesi Utara dan tanah jawa. Waktu itu, sempat mendatangi Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Karang Jati di Jalan Ahmad Yani Kota Balikpapan. Mendatangi kantor ini bertemu Kepala Cabang BTN, Oktavianus. Saya ingat pertemuan sekitar awal Agustus 2017 siang. Dimulai dari orang inilah, saya diperkenalkan produk properti bernama Cluster Forest Hills Bukit Damai Sentosa (BDS) III yang membawa slogan hunian nyaman di tengah Kota Balikpapan. Berbekal brosur, Oktavianus mengenalkan kredit rumah yang menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Harga rumah Rp 300 jutaan, memakai BPJS Ketenagaker...

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d...

GUEST HOUSE VERSUS HOTEL

Guest House Mengancam Bisnis Hotel Menjamurnya guest house diberbagai tempat pusat perkotaan Balikpapan dianggap sebagai ancaman bisnis perhotelan non bintang dan berbintang. Keberadaan Guest House yang berdiri di Kota Balikpapan ubahnya menawarkan jasa penginapan layaknya perhotelan. Saat dikonfirmasi, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia Yulidar Gani, mengatakan, eksistensi Guest House di Balikpapan tidak ubahnya mirip dengan operasional yang dijalankan oleh perhotelan. Segi pelayanan dan operasional mirip dengan hotel. “Menerapkan tarif harian, bukan lagi bulanan. Fasilitas mungkin standar tetapi pelayanannya bisa dikatakan hampir mirip dengan hotel. Ini berdampak buat kami pelaku usaha hotel, okupansi tambah menurun di saat situasi ekonomi masih minus,” ujarnya pada Jumat 16 Maret 2018, melalui sambungan telepon seluler. Dia menegaskan, posisi guest house itu seharusnya tidak menerapkan harian. Segementasi pasarnya pun jelas, hanya dikhususkan bagi k...