Langsung ke konten utama

CerpenBung 1

PANGGIL AKU JONG ! 

KENALKAN nama ku Jong. “Salam Bhineka, merdeka dan sejahterah,” tuturnya. Jong di panggung kehidupan Kota Manado, termasuk jenis golongan orang-orangan, maklumlah, ia agak gila kalau bahasa kasarnya. Jarang mandi, sehari itu bisa dihitung hanya sekali, inilah resiko yang ia ambil, sebab selebihnya, Jong itu lebih sering beraktivitas di luar ruangan, membalut alam bebas. “Jarang pulang, keasikan diluar, menikmati angin, cahaya matahari, rintikan hujan,” urai Jong.

Makanya, kadang orang pun harus siap siaga, menjaga indera penciumannya menghindari dari aroma matahari khas si badan Jong. “Oke deh kalau gitu, harus rajin mandi deh, biar tidak ganggu ketertiban dan keamanan umum,” janji Jong, sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Nama kepanjangannya berbeda dengan kebanyakan orang di tanah Minahasa, apalagi di pulau Jawa, tak ada yang menyamainya. Jong Tan Kelana, inilah lengkapnya. “Panggil aku Jong,” tuturnya. Model rambutnya khas gaya umum orang Papua, keriting hitam, kulitnya putih mirip orang Palembang, bunyi suaranya keras seperti orang Batak.

Terkadang gaya bicaranya kelewat batas, ide-idenya di luar ketentuan aturan normal dan kritis mengharap ada sebuah perubahan, layaknya gaya orang-orang kampus perguruan tinggi. “Pokoknya gak ikut aliran atau ideologi apa-apa. Jong adalah Jong, bukanlah siapa-siapa,” tegas Jong, menunjukan komitmen dan keteguhan dirinya.

Ditanya ijasah, apalagi berasal dari lulusan perguruan tinggi mana, Jong akan menjawab dengan super singkat. “Cuma lulus sekolah dasar,” ungkapnya. Lalu kenapa hanya mengenyam sampai pendidikan formal dasar saja. “Bisa baca tulis itu sudah bisa jadi modal sebagai orang pandai. Belajar bisa kita dapat dimana saja, di muka bumi ini tersimpan banyak ilmu yang bisa dipelajari,” tuturnya.

Serba salah, katanya, mau lanjutkan sekolah ke tingkat paling tinggi tidak ada biaya. “Negara sih sudah mewajibkannya, tapi hanya sebatas di atas kertas. Buat orang miskin harta, kata wajib belajar dikonstitusi negara gak jauh beda mirip orang punya banyak lembaran uang dollar yang hidup di hutan belantara. Tidak ada gunanya, gak bisa terpakai,” sindirnya. (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATAL BELI RUMAH BDS III KARENA KECEWA

  Properti Forest Hills Bukit Damai Sentosa 3 Mencari hunian di Kota Balikpapan Kalimantan Timur bisa dibilang susah susah gampang. Seandainya memiliki modal uang banyak, sangat mudah mencari hunian idaman sesuai yang didambakan. Namun kalau uang pas, pasti akan mencari keliling setengah mati. Harga properti di Kota Balikpapan bisa dibilang termahal dibandingkan dengan di daerah seperti Sulawesi Utara dan tanah jawa. Waktu itu, sempat mendatangi Bank Tabungan Negara (BTN) cabang Karang Jati di Jalan Ahmad Yani Kota Balikpapan. Mendatangi kantor ini bertemu Kepala Cabang BTN, Oktavianus. Saya ingat pertemuan sekitar awal Agustus 2017 siang. Dimulai dari orang inilah, saya diperkenalkan produk properti bernama Cluster Forest Hills Bukit Damai Sentosa (BDS) III yang membawa slogan hunian nyaman di tengah Kota Balikpapan. Berbekal brosur, Oktavianus mengenalkan kredit rumah yang menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Harga rumah Rp 300 jutaan, memakai BPJS Ketenagaker...

WIRAUSAHA MUDA INDONESIA MASIH RENDAH

Wirausaha Muda Indonesia  Masih Rendah FOTO: Pedagang Pasar Taman Kesatuan Bangsa Manado_budisusilo JUMLAH pengusaha muda di Indonesia hanya 0,18 persen dari total penduduk di Tanah Air. Angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan Malaysia yang jumlahnya 16 persen dari total populasi penduduk di negeri jiran tersebut. TAK berbeda jauh di Sulawesi Utara (Sulut). Hanya segelintir orang muda yang berani mengadu nasib di sektor usaha. Paramitha Paat misalnya. Setelah selesai kuliah, dia memilih jalankan usaha sendiri. Keputusan tersebut dilakukannya karena dia mengaku tidak suka dengan pekerjaan terikat. "Oleh karena itu, ketika ada teman yang mengajak joint partner saya langsung setuju," ujarnya, Kamis (23/2). Mitha --panggilan akrabnya-- mengatakan, ada keuntungan dan kerugian dalam membuka usaha, namun yang pasti kalau usaha rugi ditanggung sendiri, begitu pula jika untung dinikmati  sendiri. Yang pasti membuka usaha, banyak pelajaran diperolehnya, tidak didapatkan ketika d...

GUEST HOUSE VERSUS HOTEL

Guest House Mengancam Bisnis Hotel Menjamurnya guest house diberbagai tempat pusat perkotaan Balikpapan dianggap sebagai ancaman bisnis perhotelan non bintang dan berbintang. Keberadaan Guest House yang berdiri di Kota Balikpapan ubahnya menawarkan jasa penginapan layaknya perhotelan. Saat dikonfirmasi, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia Yulidar Gani, mengatakan, eksistensi Guest House di Balikpapan tidak ubahnya mirip dengan operasional yang dijalankan oleh perhotelan. Segi pelayanan dan operasional mirip dengan hotel. “Menerapkan tarif harian, bukan lagi bulanan. Fasilitas mungkin standar tetapi pelayanannya bisa dikatakan hampir mirip dengan hotel. Ini berdampak buat kami pelaku usaha hotel, okupansi tambah menurun di saat situasi ekonomi masih minus,” ujarnya pada Jumat 16 Maret 2018, melalui sambungan telepon seluler. Dia menegaskan, posisi guest house itu seharusnya tidak menerapkan harian. Segementasi pasarnya pun jelas, hanya dikhususkan bagi k...